Bulu tangkis
Pelatnas PBSI patok peringkat 10 bagi Gregoria
10 Desember 2018 20:50 WIB
Atlet bulu tangkis tunggal putri Indonesia Gregoria Mariska Tunjung mendapatkan perawatan ketika merasakan sakit pada pinggangnya ketika mengikuti pertandingan Prancis Terbuka 2018. Selain dari Prancis Terbuka 2018, Gregoria juga menyatakan mundur dari turnamen SaarLorLux 2018 di Jerman pada pada 30 Oktober - 4 November. (Humas PBSI)
Jakarta (ANTARA News) - Pemusatan latihan nasional Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) mematok target peringkat 10 besar dunia bagi atlet tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung pada 2019.
Target peringkat bagi tunggal putri terbaik Indonesia tersebut sangat penting karena terkait dengan kualifikasi Olimpiade 2020.
"Cedera pinggang yang dialami Gregoria cedera parah, tapi karena kelelahan. Dia membuat gerakan yang memforsir otot sehingga perlu istirahat dan mulai lagi turnamen pada 2019," kata Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi pelatnas PBSI Susy Susanti di Jakarta, Senin.
Gregoria, menurut Susy, telah mencapai target yang ditetapkan PBSI untuk 2018 yaitu masuk pada peringkat 20 besar dunia pada sektor tunggal putri.
"Gregoria masih membutuhkan perbaikan dari sisi gerak tubuh di lapangan untuk menunjukkan dia tidak mudah tertekan dari lawan saat pertandingan," ujar peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu tentang atlet muda PBSI itu.
Gregoria menjadi satu-satunya andalan Indonesia pada sektor tunggal putri yang berpeluang masuk kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 menyusul peringkat atlet lain seperti Fitriani yang menempati peringkat 33 dunia.
Namun, Gregoria sempat terkena cedera pinggang ketika menjalani laga perempat final Prancis Terbuka pada 26 Oktober 2018.
Atlet asal klub Mutiara Cardinal Bandung itu sempat mengikuti turnamen Korea Masters 2018 meskipun harus tumbang di tangan pemain China Li Xuerui pada laga pertama 19-21, 21-13, 13-21.
Peta persaingan
Susy menilai peta persaingan atlet-atlet bulu tangkis dunia pada 2019 akan sangat kompetitif menyusul kualifikasi Olimpiade Tokyo yang dimulai pada April 2019.
"Peta kekuatan pada sektor tunggal putra dan tunggal putri dunia cukup merata. Pada ganda putra, kita dominan. Jepang dominan pada ganda putri dan China masih menguasai ganda campuran," kata Susy yang memandang China tidak lagi mendominasi semua sektor bulu tangkis.
Selain China, Indonesia, dan Jepang, Susy mengatakan atlet-atlet Thailand dan Korea Selatan masih akan menjadi pesaing yang tidak mudah bagi negara-negara lain, termasuk India dan Denmark.
"Perubahan peta kekuatan itu banyak terjadi jelang Olimpiade. Kami akan menyiapkan pemain-pemain pelapis dan tidak hanya mengandalkan satu wakil seperti Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon," ujar Susy tentang rencana kerja pembinaan dan prestasi PBSI pada 2019.
Target peringkat bagi tunggal putri terbaik Indonesia tersebut sangat penting karena terkait dengan kualifikasi Olimpiade 2020.
"Cedera pinggang yang dialami Gregoria cedera parah, tapi karena kelelahan. Dia membuat gerakan yang memforsir otot sehingga perlu istirahat dan mulai lagi turnamen pada 2019," kata Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi pelatnas PBSI Susy Susanti di Jakarta, Senin.
Gregoria, menurut Susy, telah mencapai target yang ditetapkan PBSI untuk 2018 yaitu masuk pada peringkat 20 besar dunia pada sektor tunggal putri.
"Gregoria masih membutuhkan perbaikan dari sisi gerak tubuh di lapangan untuk menunjukkan dia tidak mudah tertekan dari lawan saat pertandingan," ujar peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu tentang atlet muda PBSI itu.
Gregoria menjadi satu-satunya andalan Indonesia pada sektor tunggal putri yang berpeluang masuk kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 menyusul peringkat atlet lain seperti Fitriani yang menempati peringkat 33 dunia.
Namun, Gregoria sempat terkena cedera pinggang ketika menjalani laga perempat final Prancis Terbuka pada 26 Oktober 2018.
Atlet asal klub Mutiara Cardinal Bandung itu sempat mengikuti turnamen Korea Masters 2018 meskipun harus tumbang di tangan pemain China Li Xuerui pada laga pertama 19-21, 21-13, 13-21.
Peta persaingan
Susy menilai peta persaingan atlet-atlet bulu tangkis dunia pada 2019 akan sangat kompetitif menyusul kualifikasi Olimpiade Tokyo yang dimulai pada April 2019.
"Peta kekuatan pada sektor tunggal putra dan tunggal putri dunia cukup merata. Pada ganda putra, kita dominan. Jepang dominan pada ganda putri dan China masih menguasai ganda campuran," kata Susy yang memandang China tidak lagi mendominasi semua sektor bulu tangkis.
Selain China, Indonesia, dan Jepang, Susy mengatakan atlet-atlet Thailand dan Korea Selatan masih akan menjadi pesaing yang tidak mudah bagi negara-negara lain, termasuk India dan Denmark.
"Perubahan peta kekuatan itu banyak terjadi jelang Olimpiade. Kami akan menyiapkan pemain-pemain pelapis dan tidak hanya mengandalkan satu wakil seperti Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon," ujar Susy tentang rencana kerja pembinaan dan prestasi PBSI pada 2019.
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: