Ankara, Turki (ANTARA News) - Penjualan senjata Amerika Serikat ke Timur Tengah telah mengubah wilayah itu jadi "tong mesiu" --kondisi yang mudah berubah jadi berbahaya, demikian bunyi tudingan menteri luar negeri Iran pada Sabtu (8/12).

"Jumlah senjata yang dijual AS ke wilayah kami sangat luar biasa dan di luar kebutuhan wilayah ini," kata Mohammad Javad Zarif kepada wartawan, sebagaimana diberitakan Kantor Berita Iran, IRNA.

"Kebijakan AS telah menghadirkan banyak senjata modern, yang menghancurkan, ke wilayah ini, yang tak membantu untuk mewujudkan keamanan dan perdamaian regional," kata Zarif sebelum Konferensi Kedua Para Pemimpin di Teheran.

Ketika ditanya mengenai tuduhan AS bahwa Iran mengujicoba rudal yang mampu menjangkau Eropa, Zarif mengatakan para pejabat AS "tak menyia-nyiakan usaha untuk mengganggu hubungan antara Iran dan Eropa. Jadi mereka menggunakan tuduhan tanpa dasar belakangan ini", kata sumber yang sama.

"Mereka berusaha menyelewengkan masalah regional," kata Zarif, sebagaimana dikutip Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad siang.

"Kami telah membaca di media Amerika bahwa senjata AS berada di tangan Al-Qaida di Yaman dan Da`esh di Suriah, dan ini adalah bahaya yang mengancam wilayah kita," kata Zarif, sebagaimana dilaporkan IRNA.

Turki juga telah mengungkapkan keberatan dengan pasokan senjata AS ke kelompok teror YPK/PKK di Suriah Utara.

Mengenai penangkapan Meng Wanzhou, pejabat pelaksana perusahaan China, Huawei, Zarif mengatakan, "AS, yang terkucil di pentas dunia, memasuki perang (dagang) dengan China dan bahkan menangkap pejabat pelaksana senior Huawei. Itu memperlihatkan keputusasaan AS dan bukan kekuasaannya."

AS telah menyatakan Meng, putri pendiri Huawei, memanfaatkan kantor anak perusahaan tak resmi yang bernama Skycom untuk melakukan bisnis dengan Iran, tindakan yang melanggar sanksi AS.

Konferensi Para Pemimpin, yang dituanrumahi oleh Teheran dan diikuti oleh Afghanistan, Turki, Pakistan, China dan Rusia, dipusatkan pada "Tantangan Terorisme dan Hubungan Antar-Wilayah".

Baca juga: AS berlakukan kembali sanksi atas Iran


Editor: Chaidari Abdullah