Nusa Dua (ANTARA News) - Kongres The International Real Estate Federation (FIABCI) di Nusa Dua Bali mengagendakan temu bisnis antara penggembang anggota Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) dengan pengembang global, beberapa diantaranya sudah sepakat dengan potensi nilai Rp10 Triliun.

"Ada 17 perusahaan yang akan ikut dalam B to B meeting hari ini (6/12) dengan total nilai 68 triliun, tetapi ada beberapa yang sudah tandatangan kerja sama bisnis dengan potensi nilai Rp10 Triliun," kata Ketua Umum REI Soelaeman Soemawinata di Nusa Dua, Bali, Kamis.

Menurut Soelaeman kerja sama dengan investor asing sudah berlangsung dalam tiga tahun terakhir ini dengan total nilai Rp105 Triliun, sebagai contoh China Fortune Land Development (CFLD) Singapura dengan Alam Sutera, Mitsui dengan Summarecon, Hyundai dengan Metland, serta masih banyak lainnya.

Soelaeman optimistis temu bisnis yang melibatkan 17 perusahaan ini akan menemukan kesepakatan meskipun untuk tahun 2019 Indonesia memasuki tahun politik, namun pengembang asing melihat ekonomi Indonesia stabil.

Soelaeman mengatakan banyak objek wisata di Indonesia yang sangat menarik untuk itu kami mengajak pengembang global untuk bersama-sama pengembang Indonesia mengembangkan potensi pariwisata di sejumlah daerah.

Tema kongres yang mengusung hunian terjangkau (affordable housing) juga akan menampilkan UN Habitat dan Bank Dunia sebagai pembicara untuk berbagi pengalaman mengenai hunian terjangkau.

Soelameman mengatakan hampir sebagian besar anggota REI merupakan pengembang kecil dengan proyek dengan rumah bagi menengah ke bawah, melalui ajang tersebut diharapkan ada pengalaman kerja sama dengan pengembang besar dibidang pembangunan rumah terjangkau.

Bahkan tidak tertutup kemungkinan peluang kerja sama dengan pengembang global untuk membangun rumah dengan harga terjangkau, ungkap Soelaeman.

Baca juga: BI ajak REI bertukar data
Baca juga: REI akui rumah bawah masih tumbuh