Jakarta (ANTARA News) - PT Barata Indonesia (Persero) mendukung percepatan pembangunan industri gula nasional.

Aksi jemput bola dilakukan perusahaan plat merah tersebut dengan menyediakan stok komponen pabrik gula lebih awal tanpa menunggu order terlebih dahulu.

Data Barata yang diterima Antara di Jakarta, Rabu menyebutkan sebanyak 50 unit mesin giling (roll mill) telah diproduksi Barata Indonesia lebih awal.

Hal ini dilakukan oleh perseroan sebagai langkah antisipasi untuk memenuhi order masuk di masa yang akan datang.

Pelaksana Tugas Direktur Utama Barata Indonesia Tony Budi Santosa mengatakan berbagai macam alternatif serta opsi tersebut dilakukan untuk memangkas waktu, sehingga produk yang rutin masuk order ke perusahaan bisa sampai di tangan pelanggan dengan cepat.

Hal ini telah sejalan dengan keinginan dari perusahaan untuk memberikan kontribusi terhadap terciptanya percepatan kemandirian industri gula dalam negeri, lewat proyek proyek strategis pemerintah, ujarnya.

"Apalagi kami memiliki sejarah yang sangat panjang dalam industri gula, baik itu memproduksi komponen pabrik gula, maupun membangun pabrik gula baru," jelasnya.

Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, Barata Indonesia mendapatkan beberapa proyek pabrik gula, baik itu revitalisasi maupun membangun pabrik gula baru.

Di antaranya adalah Proyek Revitalisasi Pabrik Gula (PG) Rendeng dan PG Asembagus, Proyek PG Bombana serta yang terbaru proyek PG dan Pabrik Bioethanol Gempolkrep yang diperoleh November lalu.

Barata Indonesia juga membuat berbagai macam komponen pabrik gula serta pabrik gula lengkap dengan berbagai kapasitas sampai dengan 15.000 TCD.

Selain pabrik gula, Barata Indonesia juga memiliki kapabilitas untuk membangun pabrik sagu, bioetanol, dan kelapa sawit.

Pada 2019, target perolehan kontrak (order book) perusahaan berada di angka Rp4,5 triliun.

Angka tersebut naik jika dibandingkan dengan raihan kontrak perusahaan pada 2018 yang ada di angka Rp3,7 triliun.

Dari target perolehan kontrak pada 2019 yakni Rp4,5 triliun tersebut, sebanyak Rp1,1 triliun diharapkan datang dari Divisi Industri Agro.

Baca juga: Barata Indonesia dapatkan proyek PLTM Rp216 miliar