PPNI bangun jaringan melalui konferensi internasional perawat
2 Desember 2018 22:23 WIB
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menyelenggarakan Konferensi Internasional Perawat Nasional Indonesia yang pertama di Jakarta, 1-2 Desember 2018. Ketua Umum DPP PPNI, Harif Fadhillah (kedua dari kiri). (ANTARA/FOTO: Riza Harahap)
Jakarta (ANTARA News) - Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menyelenggarakan Konferensi Internasional Perawat Nasional Indonesia guna membangun dan menguatkan jaringan antarprofesi keperawatan dan stakeholter internasional.
"Ada tiga agenda utama yang dibahas dalam Konferensi Internasional yang pertama kali diselenggarakan oleh PPNI ini," kata Ketua Umum DPP PPNI, Harif Fadhilah, di lokasi konferensi, di Jakarta, Minggu.
Konferensi internasional itu diselenggarakan oleh PPNI, di Jakarta, selama dua hari pada 1-2 Desember 2018 dan dihadiri sebanyak 250 peserta, dari lima negara yakni, Kanada, Inggris, Australia, Taiwan, dan Swiss. Delegasi dari Jenewa Swiss adalah perwakilan dari organisasi Keperawatan Internasional yang merupakan bagian organisasi kesehatan Perseritakan Bangsa Bangsa (PBB).
Menurut Harif Fadhillah, ketiga agenda tersebut, pertama, presentasi hasil riset dari para perawat anggota PPNI di seluruh daerah di Indonesia, yang sasarannya untuk memgembangkan kapasitas keilmuan perawat di Indonesia. "Riset yang dilakukan perawat ada beberapa macam seperti pelayanan keperawatan, fasilitas puskesmas di daerah pedalaman, dan manajemen puskesmas," katanya.
Kedua, PPNI berpandangan bahwa perawat adalah profesi mandiri dan memiliki bidang tugas masing-masing dalam pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit, puskesmas, maupun saranan pelayanan kesehatan lainhya. "Antara dokter, perawat, dam bidang memiliki bidang tugas masing-masing, meskipun saling bersinergi. Kami mengubah paradigma bahwa perawat adalah pembantu dokter," katanya.
Ketiga, PPNI berupaya membangun dan memperkuat jejaring antarprofesi keperawatan serta membangun stakeholder multinasional. Dalam membangun dan memperkuat jejaring internasional ini, kata dia, PPNI menjadi anggota Organisasi Keperawatan Internasional atau International Council Nursing (ICN). "PPNI siap menjadi pelaksana ICN dalam membangun dan mengembangkan riset dan keilmuan keparawatan," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Harif Fadhillah, alumni Fakultas Ilmu Keperawatan dari Universitas Indonesia ini juga menyampaikan harapannya, agar perawat Indonesia memiliki pengetahuan, keterampilan, dan standar kerja internasional, sehingga dapat bekerja di negara-negara maju dengan standar yang sama dengan perawat di negara tersebut.
Ketua DPP PPNI Bidang Sistem Informasi & Komunikasi, Rohman Azzam, Azzam menambahkan, beberapa negara maju memberikan kesempatan kepada perawat Indonesia untuk bekerja di negaranya, terutama dari Jepang. "Namun, perawat Indonesia mengalami kendala bahasa," katanya.
Menuut Rohman, melalui Konferensi Internasional ini PPNI akan menyampaikan kepada negara-negara lain anggota ICN, bahwa PPNI akan mendorong guna mengatasi kendala tersebut.
Baca juga: Anggota DPR nilai perawat profesi mulia
Baca juga: PPNI minta perubahan regulasi ASN
Baca juga: ASLI : profesi perawat lansia belum diminati
"Ada tiga agenda utama yang dibahas dalam Konferensi Internasional yang pertama kali diselenggarakan oleh PPNI ini," kata Ketua Umum DPP PPNI, Harif Fadhilah, di lokasi konferensi, di Jakarta, Minggu.
Konferensi internasional itu diselenggarakan oleh PPNI, di Jakarta, selama dua hari pada 1-2 Desember 2018 dan dihadiri sebanyak 250 peserta, dari lima negara yakni, Kanada, Inggris, Australia, Taiwan, dan Swiss. Delegasi dari Jenewa Swiss adalah perwakilan dari organisasi Keperawatan Internasional yang merupakan bagian organisasi kesehatan Perseritakan Bangsa Bangsa (PBB).
Menurut Harif Fadhillah, ketiga agenda tersebut, pertama, presentasi hasil riset dari para perawat anggota PPNI di seluruh daerah di Indonesia, yang sasarannya untuk memgembangkan kapasitas keilmuan perawat di Indonesia. "Riset yang dilakukan perawat ada beberapa macam seperti pelayanan keperawatan, fasilitas puskesmas di daerah pedalaman, dan manajemen puskesmas," katanya.
Kedua, PPNI berpandangan bahwa perawat adalah profesi mandiri dan memiliki bidang tugas masing-masing dalam pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit, puskesmas, maupun saranan pelayanan kesehatan lainhya. "Antara dokter, perawat, dam bidang memiliki bidang tugas masing-masing, meskipun saling bersinergi. Kami mengubah paradigma bahwa perawat adalah pembantu dokter," katanya.
Ketiga, PPNI berupaya membangun dan memperkuat jejaring antarprofesi keperawatan serta membangun stakeholder multinasional. Dalam membangun dan memperkuat jejaring internasional ini, kata dia, PPNI menjadi anggota Organisasi Keperawatan Internasional atau International Council Nursing (ICN). "PPNI siap menjadi pelaksana ICN dalam membangun dan mengembangkan riset dan keilmuan keparawatan," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Harif Fadhillah, alumni Fakultas Ilmu Keperawatan dari Universitas Indonesia ini juga menyampaikan harapannya, agar perawat Indonesia memiliki pengetahuan, keterampilan, dan standar kerja internasional, sehingga dapat bekerja di negara-negara maju dengan standar yang sama dengan perawat di negara tersebut.
Ketua DPP PPNI Bidang Sistem Informasi & Komunikasi, Rohman Azzam, Azzam menambahkan, beberapa negara maju memberikan kesempatan kepada perawat Indonesia untuk bekerja di negaranya, terutama dari Jepang. "Namun, perawat Indonesia mengalami kendala bahasa," katanya.
Menuut Rohman, melalui Konferensi Internasional ini PPNI akan menyampaikan kepada negara-negara lain anggota ICN, bahwa PPNI akan mendorong guna mengatasi kendala tersebut.
Baca juga: Anggota DPR nilai perawat profesi mulia
Baca juga: PPNI minta perubahan regulasi ASN
Baca juga: ASLI : profesi perawat lansia belum diminati
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018
Tags: