700 ekor anjing liar dimatikan
29 November 2018 20:16 WIB
Ilustrasi - Razia Perdagangan Anjing Petugas Satpol PP mendata anjing yang disita ketika razia perdagangan anjing di Jalan Latuharhary, Menteng, Jakarta, Kamis (9/4). (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Cianjur (ANTARA News) - Dinas Peternakan Cianjur, Jawa Barat, mengeliminasi atau mematikan 700 ekor anjing liar sepanjang tahun 2018.
Program tersebut dilakukan untuk mengejar target Cianjur bebas rabies yang sebagian besar dilakukan di wilayah perbatasan dengan daerah lain khususnya di Cianjur selatan yang berbatasan dengan Garut dan Sukabumi.
Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Cianjur, Agung Rianto di Cianjur, Kamis, mengatakan jumlah anjing liar yang dieliminasi lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya.
Tahun 2017 anjing liar yang dimatikan berkisar di angka 1.000 ekor, periode 2014-2016 dinas peternakan tercatat mengeliminasi 2.771 ekor hewan yang terjangkit rabies.
"Tahun ini lebih sedikit karena metode eliminasi yang digunakan tidak seperti sebelumnya dengan cara diracun melalui makanan, namun dibius kemudian dimatikan," katanya.
Hal tersebut, ungkap dia, merupakan rekomendasi dari pecinta binatang karena meracun dinilai terlalu kejam, sehingga lebih baik dibius kemudian dimatikan.
Sejak beberapa waktu lalu, Cianjur menjadi salah satu daerah yang masuk dalam lingkaran daerah yang disoroti pemprov untuk mewujudkan Jawa Barat bebas rabies.
Meskipun Cianjur tidak memiliki banyak riwayat gigitan rabies, namun antisipasi dilakukan karena wilayah yang berdekatan dengan Sukabumi dan Garut.
"Di Cianjur, terakhir kali terjadi gigitan anjing rabies tahun 2016, tercatat 20 orang warga digigit tapi tidak sampai meninggal. Sedangkan pada 2015 ada 13 orang yang digigit dan tiga diantaranya meninggal dunia," katanya.
Saat ini tengah gencar dilakukan sosialisasi dan melakukan pengenalan mengenai rabies ke tiap sekolah terutama tingkat SD dan SMP.
"Ini dilakukan agar pelajar lebih waspada terhadap rabies, termasuk melakukan pertolongan pertama pada korban gigitan," katanya.*
Baca juga: Mengenali dan menghindari rabies
Baca juga: Terkena liur anjing rabies di daerah tubuh yang terbuka juga bisa tertular
Program tersebut dilakukan untuk mengejar target Cianjur bebas rabies yang sebagian besar dilakukan di wilayah perbatasan dengan daerah lain khususnya di Cianjur selatan yang berbatasan dengan Garut dan Sukabumi.
Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Cianjur, Agung Rianto di Cianjur, Kamis, mengatakan jumlah anjing liar yang dieliminasi lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya.
Tahun 2017 anjing liar yang dimatikan berkisar di angka 1.000 ekor, periode 2014-2016 dinas peternakan tercatat mengeliminasi 2.771 ekor hewan yang terjangkit rabies.
"Tahun ini lebih sedikit karena metode eliminasi yang digunakan tidak seperti sebelumnya dengan cara diracun melalui makanan, namun dibius kemudian dimatikan," katanya.
Hal tersebut, ungkap dia, merupakan rekomendasi dari pecinta binatang karena meracun dinilai terlalu kejam, sehingga lebih baik dibius kemudian dimatikan.
Sejak beberapa waktu lalu, Cianjur menjadi salah satu daerah yang masuk dalam lingkaran daerah yang disoroti pemprov untuk mewujudkan Jawa Barat bebas rabies.
Meskipun Cianjur tidak memiliki banyak riwayat gigitan rabies, namun antisipasi dilakukan karena wilayah yang berdekatan dengan Sukabumi dan Garut.
"Di Cianjur, terakhir kali terjadi gigitan anjing rabies tahun 2016, tercatat 20 orang warga digigit tapi tidak sampai meninggal. Sedangkan pada 2015 ada 13 orang yang digigit dan tiga diantaranya meninggal dunia," katanya.
Saat ini tengah gencar dilakukan sosialisasi dan melakukan pengenalan mengenai rabies ke tiap sekolah terutama tingkat SD dan SMP.
"Ini dilakukan agar pelajar lebih waspada terhadap rabies, termasuk melakukan pertolongan pertama pada korban gigitan," katanya.*
Baca juga: Mengenali dan menghindari rabies
Baca juga: Terkena liur anjing rabies di daerah tubuh yang terbuka juga bisa tertular
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018
Tags: