"Jadi, program dari Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM-BRI) dengan beasiswa santri dan apresiasi pendidik untuk 'asatidz' memang sudah terbukti manfaatnya bagi pendidikan," kata H Asep Badri Romdhoni, Lc, pengasuh Ponpes Majma'ul Bahroin, yang berlokasi di Jalan Abdul Fatah, Tapos II, RT02/RW03, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis,
Ponpes Majma'ul Bahroin didirikan oleh ayahanda Asep Badri Romdhoni, yakni Drs KH Syafruddin Yusuf, MA.
Dalam perbincangan yang ditemani istrinya yang juga pengasuh santri putri, Siti Masyitoh, S.Hum, ia menilai bahwa program yang digagas YBM-BRI semacam itu mempunyai dampak sangat berarti bagi pesantren.
"Apalagi sudah menjadi pengetahuan publik bahwa dalam pendidikan di pesantren, hampir sebagian besar santri dan peserta didiknya berasal dari golongan kurang mampu," kata alumni Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir itu.
Di Ponpes Majma'ul Bahroin, yang mengelola pesantren dan juga pendidikan formal, yakni SMP Islam Terpadu dan Madrasah Aliyah (MA), sebagian besar peserta didiknya juga berasal dari kalangan kurang mampu.
"Karena itu, adanya beasiswa bagi santri, dan juga ada apresiasi pendidik amat dirasakan manfaatnya," katanya.
Dua santri ponpes itu, Ramuji Ibrahim dan Yazid Baharuddin Arrofi -- yang juga pelajar kelas 3 MA -- mengaku sangat terbantu dengan adanya beasiswa itu.
"Dari beasiswa yang kami terima, bisa untuk menutupi tunggakan SPP, selain untuk keperluan membeli kitab (buku) pelajaran," kata keduanya.
Sedangkan empat santriwati di Ponpes Majma'ul Bahroin, yakni Erma Rahmatia, Nurul Fadilah, Miftahul Jannah, dan Annisa Fitri juga berpendapat sama dengan dua santri dimaksud.
Beasiswa dimanfaatkan untuk membayar tunggakan SPP, membeli buku, dan keperluan pendidikan lainnya.
"Harapannya, ke depan program beasiswa santri seperti dari YMB-BRI ini bisa dilanjutkan untuk adik-adik santri lainnya," kata Erma Rahmatia.
Sementara itu, ustadz Deri Damhuri, sebagai salah satu dari sembilan "asatidz" di ponpes itu yang menerima apresiasi pendidik, juga merasakan manfaat dari program seperti itu.
"Bagi 'asatidz' apresiasi ini sangat membantu," katanya dan menambahkan bahwa salah satu sejawatnya pernah menggunakannya untuk menutup biaya sewa rumah tatkala habis masa sewanya.
Ia menambahkan bahwa gaji atau honor "asatidz" memang tidak bisa dibandingkan dengan pendidik umumnya, sehingga program-program apresiasi bagi pendidik memang sangat bermanfaat bagi kalangan pesantren.
Terkait program pondok pesantren, Ketua Badan Pengurus Pusat YBM-BRI, H Triwintarto menjelaskan bahwa pihaknya melaksanakan program integrasi pemberdayaan berbasis pesantren sejak 2014.
Baca juga: Presiden ingin tiap ponpes punya bank wakaf
Baca juga: Zulkifli Hasan ingin kemajuan pendidikan pondok pesantren merata di seluruh Indonesia
Ia mengatakan bahwa program pemberdayaan ponpes itu berawal dari sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik, yakni "Apakah memungkinkan ada program tepat sasaran, memudahkan dalam kaji dampak dan terintegrasi, sekaligus belum banyak disentuh oleh lembaga zakat ataupun pemerintah,".
Berangkat dari pertanyaan itu, maka digagas program pemberdayaan berbasis pondok pesantren adalah integrasi program ekonomi dan sosial secara terpadu.
Bentuk intervensi program yang dilakukan meliputi beasiswa santri, apresiasi pendidik, bantuan sarana-prasarana seperti asrama santri, mandi-cuci-kakus (MCK), ruang kelas, serta Badan Usaha Milik Pesantren (BUMP).
"Integrasi program pemberdayaan berbasis pondok pesantren telah berjalan di 19 kantor wilayah (kanwil) YBM-BRI seluruh Indonesia sejak 2014," demikian H Tri Wintarto.
Baca juga: Ponpes Al-Haq gratiskan seluruh biaya pendidikan untuk santrinya
Baca juga: Kemendag dorong peningkatan ekonomi di pondok pesantren
Baca juga: Ponpes Sabilillah tampung santri korban KDRT dan "trafficking"