Jakarta (ANTARA News) - Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin mengatakan pertarungan jargon yang terjadi pada awal kampanye Pilpres belakangan ini ibarat upaya "bersih-bersih lahan" sebelum menawarkan program, ide dan gagasan.

"Pilpres kali ini seperti membuka ladang baru. Lahannya perlu dibersihkan dulu, dari hoaks, dari fitnah, baru ditanam program-programnya," kata Juru bicara TKN Jokowi-Ma'ruf Amin, Arya Sinulingga di Jakarta, Rabu.

Arya mengatakan pada Pilpres 2014, capres-cawapres kala itu terkesan lebih banyak beradu program, karena kampanye Pilpres 2014 memiliki waktu efektif hanya tiga bulan.

Sementara Pilpres 2019, kata dia, memiliki waktu kampanye relatif lebih lama yakni sekitar delapan bulan.

Sehingga menurut dia, wajar apabila awal masa kampanye Pilpres 2019 masih diliputi adu jargon dan diksi sebagai bentuk upaya membersihkan lahan.

"Nanti setelah lahan bersih dari fitnah, bersih dari hoaks, baru pada Februari 2019 pak Jokowi dan pak Ma'ruf akan mudah menanamkan program-programnya," ujar Arya.

Dia mengibaratkan penanaman program ini seperti menanam tumbuhan.

"Misalnya menanam sawit, kalau lahannya belum bersih, sawit yang ditanam akan mati. Jadi harus dilawan dulu hoaks dan fitnah yang ada," jelasnya.

Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi sebelumnya mengingatkan agar Pilpres 2019 tidak lagi diwarnai hoaks, fitnah dan ujaran kebencian.

Menurutnya, belakangan fenomena hoaks, fitnah dan ujaran kebencian ini merajalela di media sosial.

Dia mengingatkan, beberapa negara hancur karena diakibatkan maraknya produksi hoaks seperti Suriah, Yaman dan beberapa negara di Timur Tengah.

Projo menyatakan siap memerangi hoaks dan fitnah yang menerpa pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.

"Karena kita sebagai bangsa plural, kita harus bersama-sama perangi hoaks tanpa pandang bulu. Karena ini bukan hanya menggangu demokrasi tapi juga merusak peradaban dan warisan kebudayaan yang kita punya," kata dia.