Jakarta, (ANTARA News) - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati optimistis bahwa tahun depan (2019) porsi keseluruhan impor bahan bakar minyak (BBM) bisa turun secara drastis.

"Tahun depan seluruh impor bisa kita turunkan," kata Nicke Widyawati di Jakarta, Rabu, usai membuka acara Pertamina Energy Forum 2018.

Nicke juga menjelaskan berbagai upaya yang sudah dilakukan Pertamina untuk menurunkan angka impor di sektor minyak dan gas bumi.

Pertama, dengan memaksimalkan program B20 atau campuran 20 persen penggunaan biodiesel maka konsumsi penggunaan solar juga akan berkurang sebab sudah dicampur dengan green fuel.

Kemudian, konversi kilang yang sudah eksisting untuk menghasilkan green fuel, kilang tersebut adalah Kilang Plaju dan Balongan. Selanjutnya, dari konsumen elpiji yang terus meningkat, Pertamina berinisiatif menggunakan coal gas atau gasifikasi dari batu bara yang mampu menekan impor elpiji hingga 70 persen.

Coal gas dapat menghasilkan DME (dimetil eter) yang mampu mengurangi penggunaan konsumsi elpiji.

Sebelumnya, terkait B20, PT Pertamina (Persero) siap menyalurkan bahan bakar biodiesel 20 persen (B20) kepada pengguna akhir melalui 112 terminal bahan bakar minyak (TBBM).

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan kesiapan tersebut sebagai bentuk implementasi kebijakan mandatory B20 yang diimplementasikan mulai 1 September ini.

"Untuk mendorong peningkatan jumlah pengguna bahan bakar biodiesel yang ramah lingkungan ini, kami sudah siap dan seluruh fasilitas Pertamina sudah siap 100 persen untuk mencampur dan menyalurkan biodiesel sebagai implementasi kebijakan mandatori B20," kata Nicke.

Nicke menjelaskan dari 60 Terminal BBM yang telah menyalurkan B20, Pertamina mencatat sejumlah TBBM dengan penyaluran tertinggi seperti TBBM Jakarta Group, TBBM Kotabaru Group, TBBM Surabaya dan TBBM Balikpapan.

Baca juga: PT Pos dan KAI akan jual BBM-Elpiji