Jakarta (ANTARA News) - Diplomasi jalur kedua (second track diplomacy), yang melibatkan pendekatan secara personal antar anggota angkatan militer, dianggap penting dalam menjaga dan mempromosikan kerja sama bidang pertahanan antara Indonesia dan China.

Hal tersebut disampaikan oleh mantan Wakil Menteri Pertahanan tahun 2010-2014 Sjafrie Sjamsoeddin dalam diskusi Kerja sama Politik, Pertahanan dan Keamanan yang merupakan bagian dari seminar Indonesia-China 5 Years of Comprehensive Strategic Partnership di Jakarta, Selasa.

“Memperhatikan hubungan antar personel dapat memperkuat dan memperbaiki kerja sama pertahanan dan militer Indonesia dengan China,” kata Sjafrie.

Menurutnya, komunikasi yang baik antar personel dapat membawa keuntungan bagi angkatan militer serta kedua negara sendiri.

“Hubungan personal antara sesama anggota, yang mengandung unsur interaksi informal, dapat mengisi kesenjangan atau gap yang mungkin terjadi dalam komunikasi,” jelas Sjafrie.

Sementara itu, Senior Kolonel dan Profesor dari Universitas Pertahanan Nasional Tentara Pembebasan Rakyat (National Defense University of People’s Liberation Army) China Zhao Yi mengatakan bahwa kedekatan antar anggota militer Indonesia dan China dapat dilakukan melalui beberapa hal, termasuk pelatihan gabungan antara Tentara Pembebasan Rakyat China dan Tentara Nasional Indonesia.

Selain itu, lanjutnya, kerja sama pertahanan juga dapat diperkuat dengan pertukaran dan kunjungan di level pejabat dan petinggi militer.

“Kunjungan ke kapal perang (battleships) secara mutual juga dapat dilakukan,” jelasnya.

Menurut Zhao Yi, Kerja sama bidang pertahanan dapat berkontribusi dalam menjaga stabilitas dan keamanan global.

“Kerja sama antar militer merupakan sinyal akan baiknya hubungan kedua negara. Apalagi Indonesia dan China memiliki peran besar di Asia Timur,” kata Zhao lagi.

Baca juga: Wamenhan: Indonesia Perlu Tiga Kapal Selam
Baca juga: RI Masih Pertimbangkan Hercules AS dan Australia