BPPT fasilitasi industri vulkanisir ban pesawat terbang
27 November 2018 18:05 WIB
Dokumentasi ban pesawat terbang Bridgestone (kanan) yang juga dipamerkan PT Bridgestone Tire Indonesia di ajang IIMS 2013, di Arena PRJ Kemayoran, Jakarta. (ANTARA News/Suryanto)
Tangerang Selatan, Banten (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tengah mempersiapkan anggaran untuk pengadaan alat uji dalam rangka memfasilitasi pengembangan industri vulkanisir (retread) ban pesawat di Indonesia.
"Selama ini untuk melakukan retread ban pesawat harus dikirim ke Thailand atau Hongkong mengingat pabriknya seperti Goodyear, Goodrich, Bridgestone, dan Michelin masih di luar negeri, termasuk di kedua negara tersebut," kata Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material, BPPT, Eniya L Dewi, di Tangerang Selatan, Selasa.
Ia mengatakan, hampir seluruh maskapai penerbangan di Indonesia menggunakan ban vulkanisir, alasannya kekuatan dan kualitasnya sama bagusnya dengan ban baru tetapi memiliki harga yang lebih murah, tentunya ada batasan pemakaian yakni sebanyak tiga kali vulkanisir.
"BPPT pernah menghitung retread ban ini nilainya mencapai Rp1,1 triliun per tahun, sehingga potensinya pasarnya sangat besar kalau dikembangkan di Indonesia, untuk itu melalui sinergi dengan sejumlah kementerian termasuk Kementerian Perhubungan (Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara/ DKPPU) kami akan memulainya pada 2019," kata dia.
Baca juga: GMF-BUMN China bangun pabrik ban pesawat tahun depan
Sebagai tahap awal anggaran disiapkan untuk pengadaan peralatan uji dinamik berupa alat drum test untuk pesawat jenis Twin Otter untuk mendapatkan Technical Standard Order (TSO) yang ditetapkan Federal Aircraft Administration (FAA), jelas Dewi, usai membuka forum grup diskusi "Pengembangan Sarana dan Prasarana Menunjang Industri Dirgantara Indonesia".
Ia mengatakan, teknologi produksi ban pesawat ini nantinya diperuntukan bagi semua jenis pesawat termasuk Boeing yang industrinya akan dikembangkan kepada PT Dirgantara Indonesia dan PT Garuda Maintenance Facility.
Ia mengatakan, alat uji ini harus diadakan karena alat yang sekarang ini hanya diperuntukan bagi ban mobil penumpang dan barang (bus dan truk), serta tidak untuk pesawat udara yang membutuhkan kecepatan dan kekuatan saat mendarat maupun tinggal landas.
Sedangkan Direktur Pusat Teknologi Material BPPT, Mahendra Anggaravidya, menjelaskan, kebutuhan ban pesawat terbang di Indonesia dari pabrikan Boeing mencapai 40.000 unit per tahun sedangkan untuk pabrikan pesawat terbang lain diperkirakan mencapai 30.000 unit per tahun.
Kemudian untuk melakukan "retread" membutuhkan karet alam sekitar 80 sampai 90 persen, sedangkan 10 persen merupakan karet sintetis serta bahan tambahan lainnya. Sehingga kalau industri ini berjalan maka akan mampu menyerap karet alam sebesar 1.750 ton per tahun, jelas Mahendra.
"Memang ada standar tertentu untuk karet alam yang dapat dipakai, namun hal ini bisa disosialisasikan kepada petani karet di Indonesia. Kalau ini berjalan tentunya akan meningkatkan ekonomi petani karet di Indonesia," kata Anggaravidya.
"Selama ini untuk melakukan retread ban pesawat harus dikirim ke Thailand atau Hongkong mengingat pabriknya seperti Goodyear, Goodrich, Bridgestone, dan Michelin masih di luar negeri, termasuk di kedua negara tersebut," kata Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material, BPPT, Eniya L Dewi, di Tangerang Selatan, Selasa.
Ia mengatakan, hampir seluruh maskapai penerbangan di Indonesia menggunakan ban vulkanisir, alasannya kekuatan dan kualitasnya sama bagusnya dengan ban baru tetapi memiliki harga yang lebih murah, tentunya ada batasan pemakaian yakni sebanyak tiga kali vulkanisir.
"BPPT pernah menghitung retread ban ini nilainya mencapai Rp1,1 triliun per tahun, sehingga potensinya pasarnya sangat besar kalau dikembangkan di Indonesia, untuk itu melalui sinergi dengan sejumlah kementerian termasuk Kementerian Perhubungan (Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara/ DKPPU) kami akan memulainya pada 2019," kata dia.
Baca juga: GMF-BUMN China bangun pabrik ban pesawat tahun depan
Sebagai tahap awal anggaran disiapkan untuk pengadaan peralatan uji dinamik berupa alat drum test untuk pesawat jenis Twin Otter untuk mendapatkan Technical Standard Order (TSO) yang ditetapkan Federal Aircraft Administration (FAA), jelas Dewi, usai membuka forum grup diskusi "Pengembangan Sarana dan Prasarana Menunjang Industri Dirgantara Indonesia".
Ia mengatakan, teknologi produksi ban pesawat ini nantinya diperuntukan bagi semua jenis pesawat termasuk Boeing yang industrinya akan dikembangkan kepada PT Dirgantara Indonesia dan PT Garuda Maintenance Facility.
Ia mengatakan, alat uji ini harus diadakan karena alat yang sekarang ini hanya diperuntukan bagi ban mobil penumpang dan barang (bus dan truk), serta tidak untuk pesawat udara yang membutuhkan kecepatan dan kekuatan saat mendarat maupun tinggal landas.
Sedangkan Direktur Pusat Teknologi Material BPPT, Mahendra Anggaravidya, menjelaskan, kebutuhan ban pesawat terbang di Indonesia dari pabrikan Boeing mencapai 40.000 unit per tahun sedangkan untuk pabrikan pesawat terbang lain diperkirakan mencapai 30.000 unit per tahun.
Kemudian untuk melakukan "retread" membutuhkan karet alam sekitar 80 sampai 90 persen, sedangkan 10 persen merupakan karet sintetis serta bahan tambahan lainnya. Sehingga kalau industri ini berjalan maka akan mampu menyerap karet alam sebesar 1.750 ton per tahun, jelas Mahendra.
"Memang ada standar tertentu untuk karet alam yang dapat dipakai, namun hal ini bisa disosialisasikan kepada petani karet di Indonesia. Kalau ini berjalan tentunya akan meningkatkan ekonomi petani karet di Indonesia," kata Anggaravidya.
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018
Tags: