Jakarta (ANTARA News) - Seperti apa rasanya makan di tengah ruangan gelap gulita?
ANTARA diajak mengintip dunia penyandang tuna netra lewat secuplik pengalaman "Dining in the Dark" yang akan diadakan pada 3 Desember 2018 di Fairmont Jakarta.
Rombongan dibagi menjadi empat orang per kelompok, masing-masing dipandu oleh penyandang tuna netra dari organisasi nirlaba Yayasan Mitra Netra. Mereka sudah mendapat pelatihan khusus dari Fairmont Jakarta agar bisa memandu tamu.
"Sekarang kita main kereta-keretaan ya," kata Lia, pemandu kelompok, mengarahkan orang-orang untuk berbaris sambil memegang bahu orang di depannya.
Berjalan pelan agar tidak tersandung atau menabrak barang-barang, kami masuk ke dalam ruangan gelap gulita.
Setiap orang diantarkan ke tempat duduk masing-masing. Indera peraba jadi andalan untuk bisa mengetahui lokasi kursi masing-masing.
Perempuan yang kehilangan kemampuan melihat akibat masalah syaraf itu menjelaskan peralatan makan yang ada di hadapan tiap tamu secara rinci, termasuk letaknya.
Pada 3 Desember mendatang, setiap tamu bisa menikmati 12 course set menu secara khusus dipersiapkan oleh tim chef Fairmont Jakarta.
Kali ini, hanya empat jenis makanan yang diletakkan di mangkuk kecil terpisah yang bisa dinikmati. Semua menu sudah ditata di meja makan.
Empat mangkuk itu diletakkan di atas tatakan kotak, diapit dengan sendok di kanan dan garpu di kiri. Selagi pemandu menjelaskan, tamu mulai meraba-raba peralatan makan.
Semua menunya dirahasiakan agar tamu bisa asyik menebak-nebak sendiri.
Baca juga: Makan dalam gelap, galang dana untuk penyandang tuna netra
"Disarankan makannya dari mangkok kiri atas, lalu dilanjutkan searah jarum jam," ujar Lia.
Mangkuk pertama berisi seafood yang bagian atasnya dihiasi daun ketumbar. Aroma dan rasa ketumbar langsung menyeruak di lidah, berpadu dengan bumbu asam manis. Porsinya tidak besar, cukup untuk dua hingga tiga kali suap.
Mangkuk kedua juga makanan laut yang tak kalah lezat, sementara mangkuk ketiga diisi dengan potongan steak daging sapi yang gurih dan lembut.
Terakhir, cokelat manis dan lezat sebagai makanan penutup.
Salah satu yang jadi tantangan adalah soal minuman. Ada gelas dan botol minum yang disediakan untuk tiap tamu dan mereka harus menuangnya sendiri tanpa bantuan siapa pun.
Ada kiat agar air tidak tumpah ketika dituangkan ke dalam gelas. Masukkan jari di bibir gelas, bila jari terasa basah, berarti gelas sudah hampir terisi penuh.
Menikmati makanan dalam kondisi gelap gulita membuat indera lain di luar penglihatan jadi bekerja lebih peka dari biasa.
Mata yang biasanya terdistraksi kini diajak beristirahat. Empat indera lainnya difokuskan untuk menikmati proses makan, entah menikmati aroma atau merasakan tekstur makanan. Semua dilakukan tanpa ada distraksi.
Tertarik mencobanya?
“Dining in the Dark” akan diadakan pada 3 Desember 2018 di Ballroom Fairmont Jakarta dengan biaya Rp2,5 juta per orang.
Dana yang terkumpul akan didonasikan kepada Yayasan Mitra Netra untuk mendukung kegiatan pemberdayaan para penyandang tuna netra, AccorHotels’ CSR program A Tree for A Child yang menyediakan rumah penampungan anak di bawah umur di Jakarta dan Bali.
Mencoba sensasi makan di tengah kegelapan
27 November 2018 15:38 WIB
Ilustrasi (Shutterstock)
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: