Jokowi: Proses perbaikan perekonomian seperti minum pil
26 November 2018 22:15 WIB
Presiden Joko Widodo mengendarai motor custom karya bengkel Katros Garage dari Kawasaki W175 beraliran tracker dan berwarna dominan hijau dengan nomor polisi B 3450 INA di Tangerang pada Minggu (4/11) (Kris - Biro Pers)
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menyebut proses perbaikan perekonomian itu dibaratkan seperti pil yang pahit, namun harus diminum agar bisa menjadi bangsa yang sehat, produktif, kompetitif dan efisien.
"Memang kadang-kadang apa yang kita hasilkan tidak instan, tidak bisa langsung kita nikmati, itulah pil, kadang-kadang pahit, sakit, tapi harus minum," kata Jokowi saat bicara dalam acara ulang tahun MetroTV yang ke-18 di Jakarta, Senin malam.
Jokowi menyebut di awal-awal pemerintahannya ekonomi Indonesia tertekan harga-harga komoditas anjlok, seperti batubara, sawit, karet, karena memang ekonomi dunia yang juga dalam posisi menurun.
"Masa booming minerba sudah selesai, oleh sebab itu tidak ada pilihan lain bagi ekonomi Indonesia untuk harus berubah," katanya.
Untuk itu, kata Presiden, pemerintahannya harus memperbaiki pondasi-pondasi ekonomi yang dimiliki selama 4 tahun.
"Kita bekerja keras membangun pondasi-pondasi baru. Kita semua ingin bangsa ini hijrah. Hijrah dari yang konsumtif ke yang produktif, kita ingin hijrah menuju bangsa yang produktif, efisien, dan kompetitif," katanya.
Presiden mengatakan tanpa ini dirinya meyakini sangat berat untuk bersaing dengan negara-negara lain, namun apa yang dihasilkan tidak instan atau tidak bisa langsung dinikmati.
Jokowi mengatakan bahwa untuk bisa jadi bangsa yang sehat produktif, kompetitif dan efisien, pemerintahannya telah memperbaiki struktur fiskal.
"Kembali lagi tadi dari yang konsumtif jadi produktif, subsidi BBM yang presentasenya 82 persen justru dinikmati kalangan masyarakat atas, ini yang 2014 kita pangkas, untuk produktif, bangun jalan, bangun airport, bangun jalan-jalan tol, dari sini kita mulai untuk membangung pembangkit tenaga listrik," ungkapnya.
Presiden juga menegaskan pembangunan yang dilakukan tidak lagi "Jawa Sentris", tapi "Indonesia Sentris".
"Kita memilih yang 'Indonesia Sentris' karena kita ingin membangun Indonesia untuk keadilan sosial, untuk memunculkan sentra-sentra ekonomi baru di luar Jawa," tegasnya.
Presiden juga mengatakan bahwa pemerintahannya juga memangkas regulasi yang berbelit-belit untuk mendorong investasi.
Baca juga: Presiden inginkan dana desa ubah potensi jadi kekuatan ekonomi
Baca juga: Presiden Jokowi paparkan perjalanan empat tahun membangun fondasi ekonomi
Baca juga: Presiden tekankan pentingnya pemberdayaan ekonomi kecil
"Memang kadang-kadang apa yang kita hasilkan tidak instan, tidak bisa langsung kita nikmati, itulah pil, kadang-kadang pahit, sakit, tapi harus minum," kata Jokowi saat bicara dalam acara ulang tahun MetroTV yang ke-18 di Jakarta, Senin malam.
Jokowi menyebut di awal-awal pemerintahannya ekonomi Indonesia tertekan harga-harga komoditas anjlok, seperti batubara, sawit, karet, karena memang ekonomi dunia yang juga dalam posisi menurun.
"Masa booming minerba sudah selesai, oleh sebab itu tidak ada pilihan lain bagi ekonomi Indonesia untuk harus berubah," katanya.
Untuk itu, kata Presiden, pemerintahannya harus memperbaiki pondasi-pondasi ekonomi yang dimiliki selama 4 tahun.
"Kita bekerja keras membangun pondasi-pondasi baru. Kita semua ingin bangsa ini hijrah. Hijrah dari yang konsumtif ke yang produktif, kita ingin hijrah menuju bangsa yang produktif, efisien, dan kompetitif," katanya.
Presiden mengatakan tanpa ini dirinya meyakini sangat berat untuk bersaing dengan negara-negara lain, namun apa yang dihasilkan tidak instan atau tidak bisa langsung dinikmati.
Jokowi mengatakan bahwa untuk bisa jadi bangsa yang sehat produktif, kompetitif dan efisien, pemerintahannya telah memperbaiki struktur fiskal.
"Kembali lagi tadi dari yang konsumtif jadi produktif, subsidi BBM yang presentasenya 82 persen justru dinikmati kalangan masyarakat atas, ini yang 2014 kita pangkas, untuk produktif, bangun jalan, bangun airport, bangun jalan-jalan tol, dari sini kita mulai untuk membangung pembangkit tenaga listrik," ungkapnya.
Presiden juga menegaskan pembangunan yang dilakukan tidak lagi "Jawa Sentris", tapi "Indonesia Sentris".
"Kita memilih yang 'Indonesia Sentris' karena kita ingin membangun Indonesia untuk keadilan sosial, untuk memunculkan sentra-sentra ekonomi baru di luar Jawa," tegasnya.
Presiden juga mengatakan bahwa pemerintahannya juga memangkas regulasi yang berbelit-belit untuk mendorong investasi.
Baca juga: Presiden inginkan dana desa ubah potensi jadi kekuatan ekonomi
Baca juga: Presiden Jokowi paparkan perjalanan empat tahun membangun fondasi ekonomi
Baca juga: Presiden tekankan pentingnya pemberdayaan ekonomi kecil
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: