Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah, yakin calon presiden Prabowo Subianto memahami posisi politik Indonesia terhadap Israel, karena Indonesia mustahil mengakui Israel sebagai negara.

"Saya yakin Prabowo mengerti, karena beliau seorang Sapta Marga yang tahu posisi Indonesia," kata Hamzah, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin.

Ia katakan itu terkait pernyataan sikap capres Prabowo soal pemindahan Kedutaan Besar Australia di Tel Aviv ke Yerusalem. Namun Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi menilai pernyataan Prabowo itu disalahartikan beberapa pihak.

Hamzah menjelaskan, di Indonesia, siapapun pejabatnya, mustahil mengakui Israel sebagai suatu negara karena dalam pembukaan UUD 1945 secara tegas Indonesia menolak segala bentuk penjajahan, dan Israel penganut Zionisme.

Menurut dia, pada era Soekarno, Indonesia menunjukan sikap politiknya yaitu melawan penjajahan Israel terhadap Palestina.

"Saat itu dibuat Genefo (Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang atau Games of the New Emerging Forces dan Conefo (Konferensi negara-negara berkembang), itu menunjukan sikap politik Indonesia adalah melawan Israel," ujarnya.

Selain itu dia mengatakan terkait langkah Israel yang sedang melobi negara-negara agar memindahkan ibu kotanya di Tel Aviv ke Yerusalem, itu bukan urusan Indonesia.

Namun Hamzah menilai terkait sikap Australia yang akan memindahkan Kedutaan Besar Australia di Tel Aviv ke Yerusalem, itu urusan negara itu.

"Kalau Jokowi mengatakan itu urusannya Australia ya memang urusan dia. Memang kita diminta pertanggungjawaban dan diminta pendapat? Tidak diminta," katanya.

Sebelumnya, Direktur Hubungan Internasional Prabowo-Sandi, Irawan Ronodipuro, menyayangkan sikap salah paham sejumlah pihak terkait pidato Prabowo tentang Palestina.

Pernyataan soal pemindahan Kedutaan Besar Australia di Tel Aviv ke Yerusalem itu tercetus setelah Prabowo berpidato di Indonesia Economic Forum 2018 di Hotel Shangri La, Jakarta, Rabu (21/11).

Saat itu Prabowo menjawab pertanyaan wartawan asing soal sikapnya mengenai rencana pemindahan Kedutaan Besar Australia di Tel Aviv ke Yerusalem.

"Jelas saya berada di sana (Indonesia Economic Forum 2018) saat itu. Pernyataan Pak Prabowo soal pemindahan Kedubes Australia ke Yerusalem itu juga disalahartikan. Bahkan ada media yang pelintir juga," ujar Irawan.

Namun kata Ronodipuro, yang lebih disesali adalah adanya salah seorang tokoh yang sebelumnya mendukung pasangan Prabowo malah menjadikan ini polemik dan mengeluarkan pernyataan yang menyerang Prabowo hanya lantaran berbeda pandangan politik.

Ia menegaskan, soal perjuangan Prabowo untuk Palestina harusnya tidak perlu dipertanyakan lagi, karena bukan hanya di kalangan ulama, pihak Palestina sendiri sejak lama sangat mencintai Prabowo yang tulus membantu negara tersebut sejak lama.