Jakarta (ANTARA News) - Gempa Bengkulu beserta gempa-gempa susulannya bukan berada di zona penujaman (subduksi) lempeng Indo-Australia ke lempeng Eurasia tetapi berada di sepanjang patahan geser (strike slip) yang letaknya lebih ke timur dari kawasan penujaman. "Itu kalau kita mengacu pada data BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika -red) yang mendeteksi gempa 7,9 SR di 159 km Barat Daya Bengkulu pada Rabu sore di kedalaman 10km," kata Deputi bidang Ilmu Kebumian LIPI Dr Hery Harjono di Jakarta, Kamis. Namun demikian jika mengacu pada US Geological Survey (USGS), gempa tercatat dengan magnitudo 8,4 (MW) di lokasi yang tidak jauh dari apa yang dideteksi BMG tetapi dengan kedalaman 30km. Itu berarti gempa terjadi pada zona subduksi atau pada penujaman lempeng Indo-Australia ke Eurasia (megathrust), katanya. Jadi, ujarnya, ada dua interpretasi yang bisa berbeda. Namun keduanya sama-sama belum mengeluarkan data focal mecanism yang merupakan data dari karakter pergerakan bumi apakah pergeseran bumi pada Rabu sore itu vertikal atau horisontal. "Kalau di sesar geser memang tak memungkinkan terjadi tsunami. Demikian pula jika terjadi di zona subduksi tetapi perpindahannya (displacement) tidak vertikal. Pokoknya kita bersyukur tidak terjadi tsunami," katanya. Sementara itu mengenai pengulangan gempa dari gempa Bengkulu tahun 2000 ke gempa Bengkulu 2007 yang jaraknya sangat pendek, Kepala bidang Dinamika Bumi dan Bencana Geologi Puslit Geoteknologi LIPI Dr Haryadi Permana, mengatakan, kedua gempa tersebut berada di segmen yang berbeda. (*)