Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mendukung pendidikan karakter sesuai konteks budaya daerah masing-masing di banyak sekolah di Indonesia.

Dalam kunjungan kerjanya di Papua, Sabtu, Muhadjir mengatakan setiap daerah memiliki kekhasannya masing-masing sehingga pendidikan karakter tidak bisa begitu saja diseragamkan tanpa kajian mendalam.

"Saya mendukung upaya lembaga-lembaga pendidikan swasta seperti yang di bawah lembaga Katholik ini untuk memperkaya pendidikan karakter sesuai konteks budaya daerahnya," kata Menteri saat menghadiri Hari Studi Majelis Nasional Pendidikan Katholik di Jayapura.

Sebagaimana keterangan tertulisnya, kegiatan itu dihadiri 300 peserta yang merupakan perwakilan dari Majelis Pendidikan Katholik dan Lembaga Pendidikan Katholik se-Indonesia dari 37 keuskupan. Pertemuan tahunan itu mengangkat tema "Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Multikultur Menuju Peradaban Kasih".

Dalam kesempatan itu, Mendikbud mengingatkan toleransi antarumat beragama juga harus dikedepankan di tengah masyarakat Indonesia yang sangat beragam.

Tidak tepat mudah menuduh pihak lain intoleran karena semata mengenakan atribut simbolik tertentu, kata dia. Jangan sampai niat memperjuangkan toleransi tapi terjebak pada sikap intoleransi. Perlu ada keterbukaan dan dialog mencari solusi bersama.

Menurut dia, semangat multikulturalisme membuka ruang untuk saling menghargai setiap perbedaan meskipun ada ketidaknyamanan. Membiasakan diri hidup dalam keberagaman penting dilembagakan di lingkungan pendidikan. Hal itu harus menjadi tanggungjawab sosial para pendidik.

"Kekhawatiran akan berkurangnya iman seseorang ketika bergaul dengan penganut agama lain tidak beralasan. Justru nilai-nilai keberagaman dan memperluas ruang-ruang dialog menjadi hal mendasar dalam penguatan pendidikan karakter yang selama ini digulirkan Kemendikbud," kata Muhadjir yang juga guru besar Universitas Negeri Malang itu.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Majelis Nasional Pendidikan Katholik Romo Darmin mengapresiasi kebijakan Penguatan Pendidikan Karakter.

"Kami berkeyakinan pendidikan karakter harus mengafirmasi realitas multikulturalisme bangsa. Tanah Papua ini mencerminkan keberagaman. Pendidikan yang mengabaikan budaya akan kehilangan pijakannya," kata pengurus Komisi Pendidikan Konferensi Waligereja Indonesia tersebut.