Jakarta, (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah dalam perdagangan di pasar spot antarbank pada Jumat sore berakhir menguat sebesar 36 poin menjadi Rp14.544, dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.580 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (23/11) juga mencatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp14.552 dibanding sebelumnya (22/10) di posisi Rp14.592 per dolar AS.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada dalam pernyataannya yang diterima di Jakarta, Jumat, menilai sentimen negatif dari dalam negeri tidak terlalu menghalangi laju rupiah untuk kembali menguat.

Ia menjelaskan bahwa imbas kenaikan mata uang euro dimanfaatkan rupiah untuk bergerak naik. Penguatan euro seiring adanya persetujuan antara Inggris dan Uni Eropa terkait dengan Brexit.

Di pasar global kurs dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya, karena investor percaya bahwa Inggris dan Uni Eropa (UE) akan mencapai kesepakatan sebelum Brexit berlaku.

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan pada Kamis (22/11) sore bahwa dia akan melakukan "segala yang mungkin" untuk memberi warga Inggris kesepakatan Brexit yang telah "dalam genggaman."

Inggris dan Uni Eropa pada prinsipnya setuju untuk teks yang menetapkan hubungan masa depan mereka sebelum pertemuan puncak pada Minggu (25/11), menurut laporan media.

Mata uang euro dan pound melonjak menyusul berita tersebut, yang menempatkan dolar AS berada di bawah tekanan.

Di sisi lain, ada pula sejumlah kalangan yang menilai penguatan euro hanya sementara karena mempertimbangkan arah kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB).

"ECB October Meeting Minutes yang akan memberikan indikasi arah kebijakan moneter ECB terutama dalam membantu perbankan untuk menopang pertumbuhan ekonomi Zona Euro," ujar Reza.

Baca juga: Rupiah menguat ditopang hasil lelang SUN