HIV/AIDS yang semakin mengkhawatirkan
23 November 2018 00:50 WIB
Sejumlah siswa dan santri menandatangani spanduk saat aksi deklarasi antiseks bebas, hoaks dan antinarkoba di Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Kamis (29/3/2018). Deklarasi sebagai bentuk kesadaran bersama yang diikuti 2.500 siswa, santri dan tokoh masyarakat tersebut merupakan aksi keprihatinan terhadap penyebaran HIV-AIDS, peredaran narkoba, dan berita hoaks. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)
Jakarta (ANTARA News) - Asisten Deputi Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dermawan mengatakan situasi HIV/AIDS di Indonesia sudah semakin mengkhawatirkan karena pengidap terbanyak pada usia produktif antara 20 hingga 30 tahun.
"Semakin memprihatinkan dan mengkhawatirkan karena ditemukan faktor penyebab 'tidak diketahui' yang menjadi lebih dominan," kata Dermawan di Jakarta, Kamis.
Dermawan mengatakan isu degradasi moral kemanusiaan seperti kesetiaan dalam hubungan suami istri dan prostitusi yang semakin marak diduga menjadi faktor penyebab "tidak diketahui" tersebut.
Yang tidak kalah miris adalah aktivitas seksual berisiko, baik oleh pasangan heteroseksual maupun homoseksual, juga melibatkan pelaku usia anak.
"Kondisi tersebut memiliki risiko terjangkit HIV tiga kali hingga lima kali lipat lebih besar," katanya.
HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang dianggap momok. Pengidapnya tidak hanya orang dewasa tetapi juga anak-anak.
Data Kementerian Kesehatan pada 2017, tercatat 280.623 jiwa terinfeksi HIV, 17.288 diantaranya adalah anak-anak dengan perincian usia nol hingga empat tahun 8.564 anak dan usia 15 tahun hingga 19 tahun 8.724 anak.
Permasalahan utama yang dihadapi dalam penanganan HIV/AIDS adalah upaya pencegahan dini yang sulit dilakukan karena tidak semua pengidap mau atau berani memeriksakan diri ke lembaga layanan.
Baca juga: Terdata 95 kasus HIV/AIDS baru tahun ini
Baca juga: 20 persen ODHA di Cianjur warga usia pelajar
"Semakin memprihatinkan dan mengkhawatirkan karena ditemukan faktor penyebab 'tidak diketahui' yang menjadi lebih dominan," kata Dermawan di Jakarta, Kamis.
Dermawan mengatakan isu degradasi moral kemanusiaan seperti kesetiaan dalam hubungan suami istri dan prostitusi yang semakin marak diduga menjadi faktor penyebab "tidak diketahui" tersebut.
Yang tidak kalah miris adalah aktivitas seksual berisiko, baik oleh pasangan heteroseksual maupun homoseksual, juga melibatkan pelaku usia anak.
"Kondisi tersebut memiliki risiko terjangkit HIV tiga kali hingga lima kali lipat lebih besar," katanya.
HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang dianggap momok. Pengidapnya tidak hanya orang dewasa tetapi juga anak-anak.
Data Kementerian Kesehatan pada 2017, tercatat 280.623 jiwa terinfeksi HIV, 17.288 diantaranya adalah anak-anak dengan perincian usia nol hingga empat tahun 8.564 anak dan usia 15 tahun hingga 19 tahun 8.724 anak.
Permasalahan utama yang dihadapi dalam penanganan HIV/AIDS adalah upaya pencegahan dini yang sulit dilakukan karena tidak semua pengidap mau atau berani memeriksakan diri ke lembaga layanan.
Baca juga: Terdata 95 kasus HIV/AIDS baru tahun ini
Baca juga: 20 persen ODHA di Cianjur warga usia pelajar
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: