Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian membidik satu juta sumber daya manusia (SDM) sektor industri tersertifikasi hingga 2019 melalui program pendidikan vokasi yang terhubung (link and match) antara sekolah menengah kejuruan (SMK) dan industri.

Kemenperin telah menggandeng 609 industri dan 1.753 SMK dalam kegiatan ini dan akan terus digulirkan.

"Kami meredesain kurikulum yang konvensional untuk diperbarui sesuai dengan industri 4.0. Program studi itu di antaranya teknik ototronik, audio video, dan robotik yang dibutuhkan oleh sektor industri otomotif," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar lewat keterangannya di Jakarta, Kamis.

Dari program pendidikan vokasi itu, Kemenperin sudah melakukan penyelarasan sebanyak 35 program studi yang dibutuhkan industri saat ini untuk diterapkan pada kurikulum di SMK.

Sekjen menjelaskan, program-program tersebut sejalan dengan penerapan roadmap Making Indonesia 4.0, yang salah satu prioritasnya adalah peningkatan kualitas SDM.

"Merujuk arah peta jalan tersebut, Indonesia berencana untuk merombak kurikulum pendidikan dengan lebih menekankan pada bidang science, technology, engineering, arts, dan mathematics (STEAM),” tuturnya.

Haris menambahkan, penggunaan teknologi industri 4.0 yang diperlukan, di antaranya berbasis pada artificial intelegent, internet of things, wearable (augmented reality atau virtual reality), advance robotic dan 3D printing.

"Teknologi tersebut mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas agar industri nasional mempunyai daya saing di pasar domestik maupun global," ungkapnya.

Saat ini, daya saing industri nasional semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada nilai tambah industri, indeks daya saing global, peringkat manufacturing value added (MVA), serta pangsa pasar industri nasional terhadap manufaktur global.

Nilai tambah Industri nasional meningkat hingga 34 miliar dolar AS, dari tahun 2014 yang mencapai 202,82 miliar dolar menjadi 236,69 miliar dolar pada semester I tahun ini.

Sementara itu, apabila melihat indeks daya saing global, saat ini diperkenalkan metode baru dengan indikator penerapan revolusi industri 4.0, dengan peringkat Indonesia yang naik dari posisi 47 tahun 2017 menjadi level ke-45 pada 2018.

Merujuk data The United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), indeks MVA untuk industri di Indonesia naik tiga peringkat dari posisi 12 pada tahun 2014 menjadi level ke-9 pada 2018.

Selain itu, pangsa pasar industri manufaktur Indonesia di kancah global pun ikut meningkat menjadi 1,84 persen pada 2018.

Baca juga: Pendidikan vokasi diminta siapkan SDM hadapi revolusi industri 4.0
Baca juga: Meski pengangguran turun, Presiden tetap fokus tingkatkan pendidikan vokasi