Jakarta (Antara) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan guru-guru ke depan seharusnya bisa mengajar di jenjang pendidikan berbeda atau multigrade dan mengajar lebih dari satu mata pelajaran, tanpa mengesampingkan profesionalismenya.

"Guru-guru mengajar harus multigrade, tidak cuma mengajar SMP, tapi bisa SD atau SMA asalkan berada di satu zona itu, mutasi juga bisa di zona itu," kata Muhadjir dalam konferensi pers di sela-sela Rapat Koordinasi Penataan Guru dan Tenaga Kependidikan Region II, Jakarta, Kamis.

Dia menuturkan melalui sistem zonasi, pihaknya akan mendorong adanya program multigrade di mana guru tidak hanya mengajar siswa di satu tingkatan sekolah tapi juga dapat diperbantukan untuk mengajar di tingkatan sekolah lain, misalnya guru bahasa Inggris SMP bisa juga mengajar di SD, sehingga ada konektivitas antara pendidikan antarjenjang.

Dia menuturkan rasio guru dan siswa di Indonesia terbilang ideal yakni 1:17, yang berarti satu guru mengajar 17 siswa. Rasio ini lebih baik dibanding di India, yang mana rasio guru dan siswa adalah 1:40.

"Sebenarnya rasio guru kita sangat ideal," tuturnya.

Namun, ada masalah kekurangan tenaga guru mencuat karena guru hanya bisa mengajarkan satu mata pelajaran, apalagi dengan minimum 24 jam tatap muka.

"Guru hanya boleh mengajar satu mata pelajaran, itu jadi boros (kurang efektif)," tuturnya.

Menurut Muhadjir, guru mengajar paling tidak dua mata pelajaran yang serumpun atau multisubjek, misalnya mata pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.

Muhadjir mengatakan definisi guru kelas juga rencananya akan ditinjau karena menurutnya, tidak benar guru kelas mengajarkan semua mata pelajaran padahal guru SMP bisa saja turun membantu mengajar di SD untuk beberapa waktu ketika diperlukan sehingga terbangun konektivitas pendidikan.

"Banyak tidak connect (terhubung) antara pelajaran SD dan SMP," ujarnya.*

Baca juga: Mendikbud sebut daerah bertanggung jawab atas majunya pendidikan

Baca juga: Pemetaan kebutuhan guru dilakukan lagi