Jakarta, (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore ini menguat sebesar sembilan poin menjadi Rp14.586 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.595 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin mengatakan munculnya penilaian sejumlah kalangan analis bahwa the Fed tidak akan agresif menaikkan suku bunga menjadi faktor yang membuat fluktuasi mata uang negara berkembang termasuk rupiah, terjaga.

"Pelaku pasar menilai ulang laju kenaikan suku bunga AS di masa yang akan datang. Perlambatan ekonomi dunia dapat menahan agresifitas the Fed terhadap suku bunganya," katanya.

Ia menambahkan pelaku pasar juga mulai kembali melirik instrumen investasi di negara berkembang mengingat kurs dolar AS telah menguat cukup tinggi pada tahun ini akibat pengetatan suku bunga Fed.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada menambahkan pergerakan kurs rupiah kembali mengalami kenaikan setelah sempat tertekan pada sesi pagi tadi.

Menurut dia, penguatan rupiah salah satunya terpengaruh sentimen eksternal, terutama dari Eropa menyusul kuatnya harapan tercapainya penyelesaian masalah keuangan Italia.

"Apalagi, situasi di dalam negeri juga cukup positif sentimennya," katanya.

Ia mengemukakan, kebijakan Bank Indonesia menaikan suku bunga acuan yang bertujuan untuk menyelamatkan defisit transaksi berjalan masih direspon positif pelaku pasar uang di dalam negeri.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin, tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp14.586 dibanding sebelumnya (16/10) di posisi Rp14.594 per dolar AS.

Baca juga: Pelemahan rupiah dinilai wajar, ada aksi ambil untung
Baca juga: Rupiah kembali menguat masih dipicu sentimen kebijakan BI