Boeing dinilai tidak transparan terkait potensi error
19 November 2018 16:15 WIB
Boeing B-737 MAX 8 Lion Air. Lion Air Grup menjadi operator pertama seri pesawat terbang lorong tunggal besutan Boeing Co ini. (Shutterstock)
Jakarta (ANTARA News) - Salah satu produsen pesawat terbang terbesar dunia, Boeing Company, dinilai tidak transparannya terkait potensi error pada fitur baru di Boeing B-737 MAX 8.
Presiden Direktur Aviatory Indonesia, Ziva Narendra, mengatakan, sebagai produsen pesawat terbang terbesar, Boeing harus memberitahukan fitur atau sistem baru kepada maskapai dan pilot jika memang teknologi baru itu memiliki kerentanan terhadap situasi tertentu,
Menurut dia, sebaiknya penggunaan Boeing B-737 MAX 8 untuk penerbangan komersil ditunda terlebih dulu.
“Tapi untuk tipe 737 ini pesawatnya sudah diluncurkan duluan, harusnya dikaji lebih dalam dulu. Ini yang membuat banyak khalayak penerbangan melihat adanya kurang preventif di sini,” kata dia, dalam keterangan yang diterima, Senin
Produsen pesawat dari Amerika Serikat ini tengah menjadi sorotan dunia karena tidak memberitahukan berbagai maskapai mengenai sistem automated stall-prevention dalam sensor angle of attack yang ada di Boeing B-737 MAX 8.
Ssistem pengendalian pesawat itu yang diduga menjadi penyebab jatuhnya pesawat Lion Air nomor penerbangan JT 610.
Hal ini dinyatakan para ahli yang ikut dalam penyelidikan jatuhnya pesawat Lion Air, baik Federal Aviation Administration, maupun para pilot di Amerika Serikat.
Ketika memberikan pelatihan dan memaparkan kepada maskapai dan regulator saat peluncuran pesawat terbarunya itu, Boeing tidak mengungkapkan ada potensi eror dari sistem tersebut.
Narendra menuturkan, pada saat Boeing akan meluncurkan pesawat Boeing B-787 MAX 8 beberapa tahun lalu, juga pernah mengalami masalah dengan baterainya yang rentan terbakar saat mengudara dan terkena tekanan tertentu.
Namun pada saat itu Boeing akhirnya memperbaiki terlebih dulu dan menunda peluncuran komersilnya, ungkapnya.
Seperti diketahui, seminggu setelah kecelakaan Lion Air, Boeing baru memberitahukan adanya potensi bahaya dari sistem itu melalui sebuah buletin kepada berbagai maskapai penerbangan di seluruh dunia yang menggunakan pesawat seri MAX 8.
“Kami telah mengeluarkan Operations Manual Bulletin (OMB) untuk awak pesawat untuk mengatasi keadaan di mana ada input yang salah dari sensor AoA,” ujar Boeing, dalam pernyataan resminya.
Sistem AoA ini sejatinya didesain untuk membantu pilot untuk menghindari ketika menaikkan hidung pesawat terlalu tinggi yang sehingga bisa menyebabkan stall.
Namun efek dari kesalahan yang mungkin terjadi dalam sistem adalah dapat membuat hidung pesawat turun secara tiba-tiba dan sangat kuat sehingga pilot tidak dapat menarik kembali bahkan ketika kemudi pesawat diterbangkan secara manual.
Dalam buletin itu, Boeing juga menyebutkan bahwa akibat efek tersebut pesawat dapat menukik turun atau jatuh.
Kendati mengakui ada potensi kesalahan pada komponen sensor AoA, nyatanya Boeing tidak meminta para operator pesawat untuk melakukan inspeksi, atau melarang pengoperasian pesawat jenis MAX 8.
Boeing hanya meminta pilot, kopilot, maupun teknisi untuk mengikuti buku panduan operasional penerbangan yang diperbarui melalui penerbitan buletin tersebut.
Diantaranya, mematikan sistem otomatis yang bisa membuat pesawat menurunkan posisi hidung pesawat saat menerima indikasi stall.
Ketua Asosiasi Pilot Southwest Airlines, Jon Weak, di berbagai media di AS telah mengungkapkan bahwa para pilot memang sebelumnya tidak diberitahu terkait adanya fitur baru anti stall di pesawat Boeing B-787 MAX 8.
Informasi itu juga tidak ada dalam buku manual penggunaan MAX 8 dan baru pada 6 November 2018, atau sepekan setelah kecelakaan Lion Air, Boeing memberitahukannya melalui buletin.
Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, mengatakan, pengakuan dari pilot pengguna MAX 8 di berbagai negara tersebut akan menjadi salah satu pertimbangan pihaknya dalam melengkapi bahan investigasi.
Pihaknya juga akan melakukan investigasi mulai dari proses pesawat dibuat, dikirmkan kepada maskapai, hingga pelatihan yang diberikan oleh Boeing.
"Semua program training Boeing sedang kami pelajari," katanya.
Hal senada diungkapkan regulator penerbangan Amerika Serikat, FAA. Saat ini, FAA masih menunggu hasil investigasi atas jatuhnya JT610 selesai dilakukan.
Setelah itu, barulah FAA akan meminta Boeing untuk mendesain ulang komponen maupun perangkat lunaknya jika memang diperlukan.
“Langkah lebih tegas akan diambil setelah investigasi selesai dilakukan,” tulis FAA dalam pernyataannya.
Presiden Direktur Aviatory Indonesia, Ziva Narendra, mengatakan, sebagai produsen pesawat terbang terbesar, Boeing harus memberitahukan fitur atau sistem baru kepada maskapai dan pilot jika memang teknologi baru itu memiliki kerentanan terhadap situasi tertentu,
Menurut dia, sebaiknya penggunaan Boeing B-737 MAX 8 untuk penerbangan komersil ditunda terlebih dulu.
“Tapi untuk tipe 737 ini pesawatnya sudah diluncurkan duluan, harusnya dikaji lebih dalam dulu. Ini yang membuat banyak khalayak penerbangan melihat adanya kurang preventif di sini,” kata dia, dalam keterangan yang diterima, Senin
Produsen pesawat dari Amerika Serikat ini tengah menjadi sorotan dunia karena tidak memberitahukan berbagai maskapai mengenai sistem automated stall-prevention dalam sensor angle of attack yang ada di Boeing B-737 MAX 8.
Ssistem pengendalian pesawat itu yang diduga menjadi penyebab jatuhnya pesawat Lion Air nomor penerbangan JT 610.
Hal ini dinyatakan para ahli yang ikut dalam penyelidikan jatuhnya pesawat Lion Air, baik Federal Aviation Administration, maupun para pilot di Amerika Serikat.
Ketika memberikan pelatihan dan memaparkan kepada maskapai dan regulator saat peluncuran pesawat terbarunya itu, Boeing tidak mengungkapkan ada potensi eror dari sistem tersebut.
Narendra menuturkan, pada saat Boeing akan meluncurkan pesawat Boeing B-787 MAX 8 beberapa tahun lalu, juga pernah mengalami masalah dengan baterainya yang rentan terbakar saat mengudara dan terkena tekanan tertentu.
Namun pada saat itu Boeing akhirnya memperbaiki terlebih dulu dan menunda peluncuran komersilnya, ungkapnya.
Seperti diketahui, seminggu setelah kecelakaan Lion Air, Boeing baru memberitahukan adanya potensi bahaya dari sistem itu melalui sebuah buletin kepada berbagai maskapai penerbangan di seluruh dunia yang menggunakan pesawat seri MAX 8.
“Kami telah mengeluarkan Operations Manual Bulletin (OMB) untuk awak pesawat untuk mengatasi keadaan di mana ada input yang salah dari sensor AoA,” ujar Boeing, dalam pernyataan resminya.
Sistem AoA ini sejatinya didesain untuk membantu pilot untuk menghindari ketika menaikkan hidung pesawat terlalu tinggi yang sehingga bisa menyebabkan stall.
Namun efek dari kesalahan yang mungkin terjadi dalam sistem adalah dapat membuat hidung pesawat turun secara tiba-tiba dan sangat kuat sehingga pilot tidak dapat menarik kembali bahkan ketika kemudi pesawat diterbangkan secara manual.
Dalam buletin itu, Boeing juga menyebutkan bahwa akibat efek tersebut pesawat dapat menukik turun atau jatuh.
Kendati mengakui ada potensi kesalahan pada komponen sensor AoA, nyatanya Boeing tidak meminta para operator pesawat untuk melakukan inspeksi, atau melarang pengoperasian pesawat jenis MAX 8.
Boeing hanya meminta pilot, kopilot, maupun teknisi untuk mengikuti buku panduan operasional penerbangan yang diperbarui melalui penerbitan buletin tersebut.
Diantaranya, mematikan sistem otomatis yang bisa membuat pesawat menurunkan posisi hidung pesawat saat menerima indikasi stall.
Ketua Asosiasi Pilot Southwest Airlines, Jon Weak, di berbagai media di AS telah mengungkapkan bahwa para pilot memang sebelumnya tidak diberitahu terkait adanya fitur baru anti stall di pesawat Boeing B-787 MAX 8.
Informasi itu juga tidak ada dalam buku manual penggunaan MAX 8 dan baru pada 6 November 2018, atau sepekan setelah kecelakaan Lion Air, Boeing memberitahukannya melalui buletin.
Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, mengatakan, pengakuan dari pilot pengguna MAX 8 di berbagai negara tersebut akan menjadi salah satu pertimbangan pihaknya dalam melengkapi bahan investigasi.
Pihaknya juga akan melakukan investigasi mulai dari proses pesawat dibuat, dikirmkan kepada maskapai, hingga pelatihan yang diberikan oleh Boeing.
"Semua program training Boeing sedang kami pelajari," katanya.
Hal senada diungkapkan regulator penerbangan Amerika Serikat, FAA. Saat ini, FAA masih menunggu hasil investigasi atas jatuhnya JT610 selesai dilakukan.
Setelah itu, barulah FAA akan meminta Boeing untuk mendesain ulang komponen maupun perangkat lunaknya jika memang diperlukan.
“Langkah lebih tegas akan diambil setelah investigasi selesai dilakukan,” tulis FAA dalam pernyataannya.
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018
Tags: