Bahasa jadi kendala RSUD Wamena layani pasien
18 November 2018 19:08 WIB
Kecelakaan Pesawat Komala Air Petugas Medis RSUD Wamena menurunkan dari helikopter salah satu korban selamat kecelakaan pesawat Komala Air yang Jatuh di dekat Bandara Perintis Ninia Kabupaten Yahukimo, Papua, Rabu (12/8). (ANTARA FOTO/Rico Siregar)
Wamena (ANTARA News) - Petugas medis di RSUD Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua kesulitan menghadapi pasien yang tidak fasih bahkan tidak tahu berbahasa Indonesia.
Direktur RSUD Wamena, dokter Felly Sahureka di Wamena Ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Minggu mengatakan selain pasien yang tidak bisa menggunakan Bahasa Indonesia, para pengantar pasien juga tidak bisa berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia.
Faktor bahasa kadang membuat petugas sulit mendiagnosis penyakit yang diderita pasien.
"Kami harus membayar orang khusus untuk mengartikan bahasa daerah ke Bahasa Indonesia, sehingga pesannya bisa sampai ke pasien dan sebaliknya, dan petugas bisa melakukan pelayanan," katanya.
Ia mengatakan belum dilakukan survei jumlah pasien tidak bisa berbahasa Indonesia yang dilayani setiap tahun.
Namun, jika pasien itu dirujuk atau datang dari kampung-kampung maka sudah pasti tidak begitu pandai berbahasa Indonesia.
"Kalau pasien ini (yang tidak bisa berbahasa Indonesia) datang sendiri (tanpa diantar) ke RSUD, ini yang menjadi sulit melakukan komunikasi dengan pasien tersebut. Selama ini banyak seperti itu," katanya.
Manajemen RSUD Wamena mengimbau rumah sakit yang berada di daerah pemekaran agar ketika merujuk pasien ke Wamena, harus mengisi data pasien dengan jelas, dan bila perlu pengantar pasien yang bisa berbahasa Indonesia.*
Direktur RSUD Wamena, dokter Felly Sahureka di Wamena Ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Minggu mengatakan selain pasien yang tidak bisa menggunakan Bahasa Indonesia, para pengantar pasien juga tidak bisa berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia.
Faktor bahasa kadang membuat petugas sulit mendiagnosis penyakit yang diderita pasien.
"Kami harus membayar orang khusus untuk mengartikan bahasa daerah ke Bahasa Indonesia, sehingga pesannya bisa sampai ke pasien dan sebaliknya, dan petugas bisa melakukan pelayanan," katanya.
Ia mengatakan belum dilakukan survei jumlah pasien tidak bisa berbahasa Indonesia yang dilayani setiap tahun.
Namun, jika pasien itu dirujuk atau datang dari kampung-kampung maka sudah pasti tidak begitu pandai berbahasa Indonesia.
"Kalau pasien ini (yang tidak bisa berbahasa Indonesia) datang sendiri (tanpa diantar) ke RSUD, ini yang menjadi sulit melakukan komunikasi dengan pasien tersebut. Selama ini banyak seperti itu," katanya.
Manajemen RSUD Wamena mengimbau rumah sakit yang berada di daerah pemekaran agar ketika merujuk pasien ke Wamena, harus mengisi data pasien dengan jelas, dan bila perlu pengantar pasien yang bisa berbahasa Indonesia.*
Pewarta: Marius Frisson Yewun
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018
Tags: