Jakarta (ANTARA News) - Penyedia panel surya dari "Loving Environment Solution", Andrean Dwilaksono mengatakan banyak konsumen kelas menengah ke atas mulai memasang panel surya untuk memenuhi kebutuhan listrik di rumah.

"Sejak mulai beroperasi di Jakarta pada 2015, konsumen kami lebih banyak masyarakat kelas menengah yang memiliki rumah dengan daya listrik 2.220 VA (volt ampere)," sebut Andrean saat ditemui di Earth Festival 2018 di Alam Sutera, Tangerang Selatan, Minggu.

Andrean mengatakan dirinya tidak dapat menyebut secara mendetil jumlah konsumen dalam tiga tahun terakhir, ataupun target penjualan dalam satu tahun ini.

Alasannya, ia mengemukakan, pihaknya masih memasuki tahap edukasi untuk memperkenalkan produk panel surya lebih luas ke masyarakat.

"Hingga saat ini, edukasi terhadap panel surya masih terbilang kurang. Sebagian masyarakat kita hanya tahu panel surya yang terpasang di lampu PJU (penerangan jalan umum), atau water heater (pemanas air)," tutur Andrean.

Walau begitu, Andrean menyebut pihaknya telah mendistribusikan produk panel surya ke Jakarta, Tangerang, Solo, hingga Bali.

Ia lanjut mengatakan, banyak pemilik rumah beranggapan pemasangan panel surya rumit dan mahal.

Sebaliknya, penggunaan panel surya, Andrean menyebut, justru mudah dan menguntungkan, karena listrik yang dihasilkan tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan domestik, tetapi membantu Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam hal penyediaan listrik.

"Ada produk kita sistemnya on-grid, jadi tidak terputus dari sistem listrik PLN. Ada meteran khusus, ekspor-impor yang dapat memasok listrik ke rumah dan menjual listrik ke pihak PLN," terang Andrean.

Andrean pun berharap partisipasi pihaknya melalui "Earth Festival 2018" dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait produk panel surya dan manfaatnya sebagai alternatif sumber listrik.

Earth Festival 2018 diadakan di Living World, Alam Sutera, Tangerang Selatan pada 17-20 November. Acara yang digelar oleh Masyarakat Vegan Indonesia (IVS-VSI) itu menampilkan puluhan produk pangan, kosmetik, utensil, hingga barang-barang ramah lingkungan.

Baca juga: Disruptif teknologi untuk revolusi keberlanjutan
Baca juga: Energi bersih, kenapa tidak?
Baca juga: Ancaman buat PLN, harga listrik tenaga surya bakal lebih murah dari listrik jaringan