B2P2BPTH Yogyakarta proses biji nyamplung jadi bahan bakar
16 November 2018 22:21 WIB
Peneliti Laboratorium Bioenergi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2P2BPTH) Yogyakarta memegang botol yang berisikan bahan bakar nabati yang dihasilkan dari biji nyamplung, Yogyakarta, Jumat (16/11/2018). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Yogyakarta (ANTARA News) - Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2P2BPTH) Yogyakarta berhasil memproses biji nyamplung (Callophylum inophyllum) menjadi bahan bakar nabati (biofuel).
"Dari delapan kilogram buah kering nyamplung, kami menghasilkan satu liter 'crude oil' (minyak mentah)," kata Ririn, peneliti dari Laboratorium Bioenergi B2P2BPTH Yogyakarta saat ditemui di Yogyakarta, Jumat.
Ririn mengatakan itu di sela kunjungan pihak Direktorat Lembaga Penelitian dan Pengembangan Direktorat Jenderal Kelembagaan Iptek dan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) ke balai itu untuk meningkatkan sinergitas penguatan kelembagaan Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Dia mengatakan rendemen minyak buah nyamplung kering itu bisa mencapai 50-64 persen.
Dia menuturkan rendemen minyak buah nyamplung yang ditanam di Dompu, Nusa Tenggara Barat, mencapai 58 persen, sementara rendeman minyak dari biji nyamplung di Gunung Kidul hanya sebesar 50 persen.
Sementara, rendeman minyak dari biji nyamplung yang ditanam di Wonogiri meningkat 10-14 persen daripada yang di Gunung Kidul.
Selain sebagai bahan baku bahan bakar nabati, biji nyamplung juga memiliki kandungan kumarin yang berkhasiat untuk obat.
Dia mengatakan saat ini pihaknya juga sedang meneliti buah malapari atau mempari (Pongamia pinnata) untuk bioaftur, bahan bakar pesawat terbang.
Baca juga: B2P2BPTH Yogyakarta hasilkan bibit kayu putih unggulan
Baca juga: Sulsel Kembangkan Biodiesel Melalui Pohon Nyamplung
Baca juga: Menhut Resmikan Demplot Desa Mandiri Energy (DME) Dari Tanaman Nyamplung (Calophyllum inophyllum)
"Dari delapan kilogram buah kering nyamplung, kami menghasilkan satu liter 'crude oil' (minyak mentah)," kata Ririn, peneliti dari Laboratorium Bioenergi B2P2BPTH Yogyakarta saat ditemui di Yogyakarta, Jumat.
Ririn mengatakan itu di sela kunjungan pihak Direktorat Lembaga Penelitian dan Pengembangan Direktorat Jenderal Kelembagaan Iptek dan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) ke balai itu untuk meningkatkan sinergitas penguatan kelembagaan Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Dia mengatakan rendemen minyak buah nyamplung kering itu bisa mencapai 50-64 persen.
Dia menuturkan rendemen minyak buah nyamplung yang ditanam di Dompu, Nusa Tenggara Barat, mencapai 58 persen, sementara rendeman minyak dari biji nyamplung di Gunung Kidul hanya sebesar 50 persen.
Sementara, rendeman minyak dari biji nyamplung yang ditanam di Wonogiri meningkat 10-14 persen daripada yang di Gunung Kidul.
Selain sebagai bahan baku bahan bakar nabati, biji nyamplung juga memiliki kandungan kumarin yang berkhasiat untuk obat.
Dia mengatakan saat ini pihaknya juga sedang meneliti buah malapari atau mempari (Pongamia pinnata) untuk bioaftur, bahan bakar pesawat terbang.
Baca juga: B2P2BPTH Yogyakarta hasilkan bibit kayu putih unggulan
Baca juga: Sulsel Kembangkan Biodiesel Melalui Pohon Nyamplung
Baca juga: Menhut Resmikan Demplot Desa Mandiri Energy (DME) Dari Tanaman Nyamplung (Calophyllum inophyllum)
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018
Tags: