BKKBN: persiapan SDM untuk industri 4.0 dimulai dari keluarga
16 November 2018 17:45 WIB
Deputi Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga BKKBN M. Yani (kanan) menjawab pertanyaan wartawan dk kantor BKKBN Jakarta, Jumat (16/11/2018). (ANTARAnews/Aditya Ramadhan)
Jakarta (ANTARA News) - Pejabat Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional M Yani menegaskan persiapan sumber daya manusia dalam menghadapi revolusi industri 4.0 harus dimulai dan dibentuk dari keluarga.
Yani selaku Deputi Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga BKKBN mengatakan di Jakarta, Jumat, mengatakan BKKBN selaku lembaga negara yang melayani hajat hidup keluarga Indonesia sekaligus menciptakan regenerasi SDM berkualitas memandang perlu untuk berkontribusi menyukseskan Making Indonesia 4.0. Revolusi Industri 4.0 membawa perubahan lingkungan strategis yang mempengaruhi peran keluarga.
BKKBN, kata Yani, memiliki program mulai dari pendidikan kepada remaja hingga pada orang tua dan keluarga agar bisa menghasilkan sumber daya berkualitas.
Yani menyebutkan BKKBN sudah menyasar konseling pada remaja dan pendidikan untuk mendewasakan usia perkawinan di sekolah maupun lingkungan masyarakat.
Beberapa program di antaranya Generasi Berencana dan Pusat Informasi dan Konseling yang berfungsi untuk memberikan pemahaman mengenai pernikahan dan perencanaan membangun keluarga.
"Kita jelaskan dampaknya dari psikologis dan kesehatannya. Idealnya pada usia 21 tahun untuk perempuan dan 25 untuk laki laki," kata Yani.
Menurut Yani, pendewasaan usia perkawinan saat ini mulai terlihat kenaikan dari yang sebelumnya rata-rata di bawah 19 tahun menjadi hampir menyentuh pada usia 20 tahun. Kendati Yani menilai hal tersebut masih jauh dari yang diharapkan.
Yani menjelaskan teknologi informasi sudah begitu cepat dan bebas menembus ruang-ruang pribadi keluarga yang bisa berdampak pada tatanan nilai-nilai baru yang jauh dari cita-cita pendiri bangsa.
Menurut dia ada tiga komponen kunci yang bertanggung jawab dalam pengasuhan termasuk internalisasi nilai-nilai essensial pembentuk karakter bangsa yaitu keluarga, masyarakat, dan dunia pendidikan.
"Keluarga adalah wadah pertama dan utama dalam pengasuhan dan mendidik anak dalam menumbuhkan nilai-nilai tersebut. Masyarakat ikut berperan di dalam menjaga agar nilai-nilai itu tidak luntur dan tumbuh subur. Sekolah merupakan sarana lanjutan tempat menggembleng peserta didik menumbuhkembangkan nilai karakter," papar Yani.
Dia menilai revolusi Industri 4.0 menjadi harapan sekaligus tantangan bagi keluarga di Indonesia. Keluarga dituntut untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang dan mempengaruhi kehidupan setiap anggota keluarga secara struktural maupun kultural.
Baca juga: Pentingnya kurikulum robotik untuk hadapi industri 4.0
Baca juga: Pengembangan energi harus ikuti tren industri 4.0.
Yani selaku Deputi Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga BKKBN mengatakan di Jakarta, Jumat, mengatakan BKKBN selaku lembaga negara yang melayani hajat hidup keluarga Indonesia sekaligus menciptakan regenerasi SDM berkualitas memandang perlu untuk berkontribusi menyukseskan Making Indonesia 4.0. Revolusi Industri 4.0 membawa perubahan lingkungan strategis yang mempengaruhi peran keluarga.
BKKBN, kata Yani, memiliki program mulai dari pendidikan kepada remaja hingga pada orang tua dan keluarga agar bisa menghasilkan sumber daya berkualitas.
Yani menyebutkan BKKBN sudah menyasar konseling pada remaja dan pendidikan untuk mendewasakan usia perkawinan di sekolah maupun lingkungan masyarakat.
Beberapa program di antaranya Generasi Berencana dan Pusat Informasi dan Konseling yang berfungsi untuk memberikan pemahaman mengenai pernikahan dan perencanaan membangun keluarga.
"Kita jelaskan dampaknya dari psikologis dan kesehatannya. Idealnya pada usia 21 tahun untuk perempuan dan 25 untuk laki laki," kata Yani.
Menurut Yani, pendewasaan usia perkawinan saat ini mulai terlihat kenaikan dari yang sebelumnya rata-rata di bawah 19 tahun menjadi hampir menyentuh pada usia 20 tahun. Kendati Yani menilai hal tersebut masih jauh dari yang diharapkan.
Yani menjelaskan teknologi informasi sudah begitu cepat dan bebas menembus ruang-ruang pribadi keluarga yang bisa berdampak pada tatanan nilai-nilai baru yang jauh dari cita-cita pendiri bangsa.
Menurut dia ada tiga komponen kunci yang bertanggung jawab dalam pengasuhan termasuk internalisasi nilai-nilai essensial pembentuk karakter bangsa yaitu keluarga, masyarakat, dan dunia pendidikan.
"Keluarga adalah wadah pertama dan utama dalam pengasuhan dan mendidik anak dalam menumbuhkan nilai-nilai tersebut. Masyarakat ikut berperan di dalam menjaga agar nilai-nilai itu tidak luntur dan tumbuh subur. Sekolah merupakan sarana lanjutan tempat menggembleng peserta didik menumbuhkembangkan nilai karakter," papar Yani.
Dia menilai revolusi Industri 4.0 menjadi harapan sekaligus tantangan bagi keluarga di Indonesia. Keluarga dituntut untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang dan mempengaruhi kehidupan setiap anggota keluarga secara struktural maupun kultural.
Baca juga: Pentingnya kurikulum robotik untuk hadapi industri 4.0
Baca juga: Pengembangan energi harus ikuti tren industri 4.0.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018
Tags: