Persadia: 75 persen penderita diabetes tak terdeteksi
16 November 2018 17:29 WIB
Hari Diabetes Sedunia Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) mengusung spanduk saat menggelar aksi memperingati World Diabetes Day di Bundaran Simpang Lima, Banda Aceh, Sabtu (16/11). Mereka mengajak masyarakat untuk mengurangi mengkonsumsi gula secara berlebihan guna menghindari penyakit diabetes yang saat ini jumlah penderitanya terus bertambah. (ANTARA FOTO/Ampelsa)
Solo (ANTARA News) - Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) menyatakan sekitar 75 persen penderita diabetes tidak terdeteksi sejak awal sehingga tidak melakukan pengobatan secara teratur.
"Ini data secara nasional, kalau data kami dari total penderita diabetes baru 25 persen yang sudah berobat," kata Ketua Persadia Kota Surakarta dr Sugiarto di sela jumpa pers tentang peringatan Hari Diabetes Sedunia pada 18 November 2018 di Solo, Jumat.
Ia mengatakan dari tahun ke tahun jumlah penderita diabetes terus mengalami kenaikan, terakhir kenaikannya mencapai 8 persen. Menurut dia, saat ini 1 dari 12 orang di Indonesia mengidap diabetes.
"Melihat kondisi tersebut, masyarakat harus diberikan penyuluhan. Ini untuk mengetahui penyebab diabetes, salah satunya pola hidup yang tidak sehat," katanya.
Ia mengatakan saat ini banyak orang yang memilih hidangan restoran atau cepat saji yang diolah dengan cara digoreng, dibakar, dan dioven. Menurut dia, pengolahan dengan cara tersebut merupakan sumber radikal bebas.
"Akhirnya menyebabkan racun dan merusak tubuh kita. Pankreas kena racun membuat tubuh kita kekurangan insulin dan akhirnya kadar gula meningkat," katanya.
Selain itu, makanan yang diolah akan berdampak pada hilangnya vitamin dan sari makanan sehingga kadar mineral berkurang. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk banyak mengkonsumsi buah dan sayuran mentah.
Upaya lain untuk meminimalisasi risiko terkena diabetes adalah dengan berolahraga secara teratur. Ia mengatakan idealnya olahraga dilakukan sekitar 30-60 menit/hari atau 150 menit/minggu.
"Olahraga yang dianjurkan yaitu aerobik, joging, sepeda, dan berenang. Ketika aktif berolahraga maka kadar gula, tekanan darah, dan kolesterol juga turun. Selanjutnya timbul rasa senang dan hormon jelek akan berkurang. Ini bisa menurunkan risiko kena penyakit," katanya.
Baca juga: Penderita Diabetes meningkat 2-3 kali pada 2030
Sementara itu, Ketua Panitia Peringatan Hari Diabetes Dunia dr Eva Nia Muzisilawati mengatakan berdasarkan data dari WHO, di Indonesia penyakit diabetes termasuk 10 besar penyebab kematian tertinggi, yaitu 1,3 juta orang/tahun.
"Sedangkan di tahun 2030 diprediksikan penyakit ini menempati posisi ke-7 penyebab kematian tertinggi di dunia. Jangan sampai prediksi ini jadi realita. Ini alarm bagi dunia kesehatan kita," katanya.
Oleh karena itu, melalui Hari Diabetes Sedunia yang akan diperingati dengan jalan sehat dan senam bersama tersebut, ia mengajak setiap keluarga untuk lebih peduli terhadap kondisi kesehatan masing-masing anggota keluarga.
"Tema kami adalah `Family and Diabetes`, jadi bersama keluarga kita bisa melawan diabetes. Penyakit ini bisa dicegah kalau mau," katanya.
Baca juga: PBB serukan gaya hidup sehat untuk cegah diabetes
Baca juga: Jumlah anak penderita diabetes meningkat 500 persen
"Ini data secara nasional, kalau data kami dari total penderita diabetes baru 25 persen yang sudah berobat," kata Ketua Persadia Kota Surakarta dr Sugiarto di sela jumpa pers tentang peringatan Hari Diabetes Sedunia pada 18 November 2018 di Solo, Jumat.
Ia mengatakan dari tahun ke tahun jumlah penderita diabetes terus mengalami kenaikan, terakhir kenaikannya mencapai 8 persen. Menurut dia, saat ini 1 dari 12 orang di Indonesia mengidap diabetes.
"Melihat kondisi tersebut, masyarakat harus diberikan penyuluhan. Ini untuk mengetahui penyebab diabetes, salah satunya pola hidup yang tidak sehat," katanya.
Ia mengatakan saat ini banyak orang yang memilih hidangan restoran atau cepat saji yang diolah dengan cara digoreng, dibakar, dan dioven. Menurut dia, pengolahan dengan cara tersebut merupakan sumber radikal bebas.
"Akhirnya menyebabkan racun dan merusak tubuh kita. Pankreas kena racun membuat tubuh kita kekurangan insulin dan akhirnya kadar gula meningkat," katanya.
Selain itu, makanan yang diolah akan berdampak pada hilangnya vitamin dan sari makanan sehingga kadar mineral berkurang. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk banyak mengkonsumsi buah dan sayuran mentah.
Upaya lain untuk meminimalisasi risiko terkena diabetes adalah dengan berolahraga secara teratur. Ia mengatakan idealnya olahraga dilakukan sekitar 30-60 menit/hari atau 150 menit/minggu.
"Olahraga yang dianjurkan yaitu aerobik, joging, sepeda, dan berenang. Ketika aktif berolahraga maka kadar gula, tekanan darah, dan kolesterol juga turun. Selanjutnya timbul rasa senang dan hormon jelek akan berkurang. Ini bisa menurunkan risiko kena penyakit," katanya.
Baca juga: Penderita Diabetes meningkat 2-3 kali pada 2030
Sementara itu, Ketua Panitia Peringatan Hari Diabetes Dunia dr Eva Nia Muzisilawati mengatakan berdasarkan data dari WHO, di Indonesia penyakit diabetes termasuk 10 besar penyebab kematian tertinggi, yaitu 1,3 juta orang/tahun.
"Sedangkan di tahun 2030 diprediksikan penyakit ini menempati posisi ke-7 penyebab kematian tertinggi di dunia. Jangan sampai prediksi ini jadi realita. Ini alarm bagi dunia kesehatan kita," katanya.
Oleh karena itu, melalui Hari Diabetes Sedunia yang akan diperingati dengan jalan sehat dan senam bersama tersebut, ia mengajak setiap keluarga untuk lebih peduli terhadap kondisi kesehatan masing-masing anggota keluarga.
"Tema kami adalah `Family and Diabetes`, jadi bersama keluarga kita bisa melawan diabetes. Penyakit ini bisa dicegah kalau mau," katanya.
Baca juga: PBB serukan gaya hidup sehat untuk cegah diabetes
Baca juga: Jumlah anak penderita diabetes meningkat 500 persen
Pewarta: Aries Wasita Widi Astuti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018
Tags: