"KJA bukan sumber utama terjadinya pencemaran Citarum, namun ada faktor lain di sepanjang aliran sungai. Berdasarkan kajian, kawasan industri di sepanjang Sungai Citarum yang menjadi faktor pencemaran," kata anggota Komnas Kajiskan KKP Endi Setiadi di Cianjur, Jawa Barat, Jumat
Pihaknya mencatat dari ribuan industri yang ada, hanya sebagian kecil yang memiliki instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) dan belum tentu berfungsi serta sesuai standar.
"Hanya 10 persen dari 1.600 industri yang memiliki IPAL, mulai dari peternakan, textil dan lainnya. Bisa dibayangkan bagaimana industri menyumbang pencemaran," katanya.
Sedangkan keberadaan KJA tidak menyumbang begitu banyak pencemaran, baik dari pakan ataupun kotoran ikan. Dari 5.000 ton pakan yang dikeluarkan per tahun, hanya 1.500 kilogram fosfor yang dihasilkan.
Fosfor dari pakan ternak atau yang disebut menjadi sumber pencemaran hanya kurang dari 10 persen dari pencemaran di waduk tersebut.
"Pencemaran utama bukan dari KJA, budi daya tidak menghasilkan limbah berat, namun banyak titik pencemaran terjadi mulai dari hulu ke hilir yang sangat masif," katanya.
Baca juga: Ratusan ton ikan di Waduk Cirata-Saguling mati
Baca juga: Akibat Pengolahan Limbah Sarimukti Petani Waduk Cirata Rugi Rp320 Miliar
Endi Setiadi menjelaskan, pencemaran sudah terjadi mulai dari wilayah Cisanti, Majalaya dan sejumlah daerah lain. Kotoran dari peternakan yang dibuang begitu saja ke Citarum, menjadi faktor pendukung menurunnya kualitas air sungai.
Namun pihaknya tetap mendukung adanya penertiban karena sudah tidak idealnya jumlah KJA di Waduk Cirata. Ketika perbaikan daya dukung ke depan membaik, keberadaan KJA akan mampu mendukung hasil perikanan.
Jumlah KJA yang ideal berada d iangka 12 ribu, namun untuk saat ini jumlah tersebut sulit terpenuhi jika kondisi perairan masih tercemar berat.
Baca juga: Menteri LHK ajak masyarakat Cianjur selamatkan DAS Citarum
Baca juga: Pengusaha cemari Citarum bakal dihukum
Baca juga: Kemristekdikti luncurkan KKN tematik Citarum Harum