Menurut Ketua LPPM STIEBA Pamekasan Akhmad Fawaid di Pamekasan, Kamis, latar belakang pendampingan tentang pemanfaatan bonggol pisang itu, karena di daerah ini pohon pisang melimpah, banyak petani yang menanamnya.
"Dari sisi sumber daya sudah ada, tapi masyarakat belum mampu memanfaatkan bagian-bagian pohon pisang itu, dan mereka cenderung membiarkan pohon pisang tersebut setelah dipanen hingga membusuk," katanya.
Ia menjelaskan, sebenarnya pemanfaatan bonggol pisang menjadi kerupuk itu, bukan temuan baru, akan tetapi sudah lama.
Hanya saja, masyarakat belum bisa menangkap peluang menjadi usaha yang menguntungkan.
Karena itu, LPPM STIEBA Pamekasan berkepentingan untuk melakukan pendampingan melalui kelompok masyarakat, dalam hal ini pengembangan sumber daya manusia, pengemasan produk, variasi rasa hingga pendampingan pemasaran.
"Ini juga dalam rangka mendukung Bupati Baddrut Tamam, untuk mewujudkan program 10 ribu wirausaha baru di Pamekasan. Mudah-mudahan ini menjadi awal yang baik bagi kami untuk bersinergi dengan Pemkab Pamekasan," katanya.
Fawaid menjelaskan, Pamekasan sebenarnya banyak memiliki potensi yang bisa dikembangkan apabila dikelola dengan baik dan profesional.
Selain bonggol pisan, jenis pertanian lainnya yang juga bisa dikembangkan adalah kripik tette dan campur lorjuk.
Keripik tette (tumbuk) adalah cemilan berbahan dasar singkong yang ditumbuk dan paling populer di Madura.
"Kemasan, dan rasa sebuah makanan ini, kan menentukan selera pasar. STIEBA fokus pada bidang pemberdayaannya, karena kepentingan kami, agar ekonomi masyarakat bisa lebih baik, dan pada akhirnya merek juga lebih sejahtera," katanya.