Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S. Dewa Broto menguraikan dinamika olahraga di Indonesia dari sudut pandang birokrat melalui buku berjudul "Turbulensi Sport di Indonesia, Sport Uniting The Nation" yang diluncurkan di Jakarta, Kamis.

"Banyak kisah yang tidak terungkap kepada publik selama ini terkait pembekuan PSSI, ancaman Dewan Olimpiade Asia (OCA), ataupun hal lain dalam Asian Games dan Asian Para Games," kata Gatot di Jakarta.

Gatot mengaku bahkan ingin kembali bertugas di Kementerian Komunikasi dan Informatika saat ketika belum menemukan jalan keluar penyelesaian masalah pembekuan PSSI oleh Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA).

Baca juga: Presiden FIFA ungkap alasan pencabutan sanksi kepada Indonesia

"Saya merasa lelah sekali di Kemenpora dan ingin kembali ke Kominfo. Tapi, istri saya menahan untuk tetap melanjutkan amanah di Kemenpora. Penyelesaian masalah sepak bola harus pantang menyerah walaupun saya harus tidur di kantor sejak dua tahun lalu," kata pria asal Yogyakarta itu yang mengaku ingin beraktivitas sebagaimana pegawai lain dari rumah ke kantor.

Gatot, dalam buku setebal 201 halaman itu, menceritakan komunikasi Pemerintah Indonesia dengan FIFA ketika PSSI bahkan tidak menyangka pemerintah mampu melakukan hal itu. Cerita itu tertuang pada Bab II.

"Saya dalam buku itu juga memprovokasi tentang industri olahraga dan pariwisata olahraga. Saya dan teman-teman di Kemenpora harus membingkai dan merajut desain tentang pengelolaan industri olahraga nasional," katanya.

Indonesia, menurut Gatot, harus mempunyai desain pengelolaan industri olahraga terutama selepas menjadi tuan rumah Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018.

"Kasus Tour de Ijen, Tour de Singkarak, Rio Haryanto ketika masuk dalam Formula 1, serta pencalonan Indonesia sebagai tuan rumah MotoGP semestinya dapat dilakukan Indonesia tanpa harus membebani anggaran pemerintah," kata alumnus Universitas Gajah Mada itu.

Gatot menambahkan desain pengelolaan industri olahraga nasional membutuhkan waktu satu tahun bahkan enam bulan jika dilakukan secara intensif.

Baca juga: Kemenpora rancang aturan hadiah dan hukuman cabang olahraga

Baca juga: Kemenpora pertimbangkan pelatnas 40 cabang Asian Games 2018