Jakarta (ANTARA News) - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengingatkan perusahaan migas Indonesia harus didorong menemukan cadangan migas baru berukuran besar.

"Selama ini perusahaan-perusahaan migas Indonesia belum menemukan cadangan berukuran besar, jadi harus didorong agar mereka bisa menemukannya," kata Amien di Jakarta, Kamis.

Dia lebih lanjut menjelaskan agar perusahaan migas Indonesia bisa menemukan cadangan berukuran besar maka yang pertama kali dibutuhkan adalah data "sub-surface". Selama ini Indonesia tidak memiliki database tersebut dan baru mulai pada tahun 2017 dibangun di SKK MIGAS.

"Sekarang sudah selesai kira-kira 80 persen database sub-surface migas. Kalau ada database itu maka teman-teman yang mau melakukan eksplorasi bisa mempelajarinya terlebih dahulu agar eksplorasinya lebih terarah," ujar Amien.

Hal kedua yang dibutuhkan untuk menemukan cadangan migas berukuran besar di Indonesia, menurut kepala SKK Migas itu, adalah anggaran.

"Ternyata sejak zaman Orde Lama, Orde Baru hingga Orde Reformasi dari APBN anggaran untuk eksplorasi migas kecil. Badan Geologi tidak bisa berbuat banyak dengan anggaran yang kecil itu," tutur Amien.

Namun sekarang dia merasa bersyukur sekarang sudah ada anggaran yang cukup untuk melakukan eksplorasi dalam bentuk Komitmen Kerja Pasti atau KKP.

Total anggaran yang berhasil dikumpulkan melalui KKP ini sebesar 1,3 miliar dolar AS untuk sembilan tahun ke depan. Diharapkan sampai akhir tahun ini jumlah tersebut akan naik lagi hingga sekitar dua miliar dolar AS.

"Jadi database sub-surface ada, anggaran eksplorasi juga tersedia maka sepuluh tahun ke depan diharapkan bisa melakukan eksplorasi agresif, dan diharapkan dari eksplorasi ini akan ditemukan cadangan migas berukuran besar," ujar Amien usai menjadi pembicara utama dalam seminar migas 2018 bertajuk " Berburu Lapangan Migas Baru di Indonesia".

Perusahaan Indonesia pernah menemukan cadangan minyak agak besar di Jatibarang pada tahun 1967 dan Bunyu Nibung pada tahun 1974. Sejak saat itu perusahaan migas Indonesia belum menemukan kembali cadangan minyak seperti itu, dan bahkan cadangan-cadangan migas berukuran besar di Indonesia ditemukan namun oleh perusahaan asing.

Amien Sunaryadi mengakui bahwa produksi minyak mentah Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan rakyat, bahkan produksinya akan terus menurun.

"Produksi minyak kita saat ini sekitar 775 ribu BOPD dan akan terus menurun," tuturnya. Untuk meningkatkan produksi minyak sesuai kebutuhan rakyat Indonesia maka satu-satunya cara adalah harus diketemukannya cadangan minyak baru yang berukuran besar.

Baca juga: Wamen ESDM ingin ada cara baru jual blok migas Indonesia

Baca juga: Migas sumbang defisit terbesar neraca perdagangan Oktober