"Pondok pesantren ini saya dirikan sejak 1995 lalu yang tujuannya untuk memberikan bantuan kepada warga kurang mampu atau miskin yang anaknya ingin menuntut ilmu di ponpes hingga lulus Madrasah Aliyah atau setingkat SMA," kata Pimpinan Ponpes Al-Haq KH Abdullah, S.Pdi, M.M.Pd saat ditemui Antara di Kampung Ciketa-Cibarengkok, Desa Gunung Bentang, Kecamatan Sagaranten, Sukabumi, Kamis.
Lokasi Ponpes Al-Haq yang berada di pelosok itu dengan jarak 60 km itu, dari Kota Sukabumi bisa ditempuh selama tiga jam karena harus melalui jalan terjal.
Saat ini ponpes tersebut memiliki 251 santri dan santriwati yang mayoritas mondok atau bermukim di ponpes.
Menurut Kyai Abdullah, untuk kesehariannya, para santri, baik putri maupun putra, mendapatkan makan tiga kali secara gratis atau tanpa dipungut biaya sedikit pun.
Sama seperti di ponpes lainnya sesuai melaksanakan pendidikan formal, mulai dari Madrasah Diniyah, Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) secara reguler, para santri pun mendapatkan pembelajaran ilmu keagamaan lainnya seperti sorogan, bandongan, hadoroh dan pelatihan baca kitab kuning.
"Santri kami sudah banyak yang berprestasi baik tingkat Kabupaten Sukabumi maupun nasional untuk di bidang dakwah, bahkan dua santri pun akan diberangkatkan ke Jepang untuk mengikuti program magang atau diklat," kata Kyai Abdullah, yang menyelesaikan pendidikan S-1 dan S-2-nya di bidang kependidikan itu.
Ia menambahkan bahwa hampir 85 persen santri di Ponpes Al-Haq berasal dari desa sekitar, yang rata-rata dari keluarga tidak mampu.
"Sisanya ada yang berasal dari kecamatan lain di Kabupaten Sukabumi, dan ada juga yang datang dari Boyolali, Jawa Tengah," tambahnya.
Sementara itu, salah seorang santri tingkat MA Nurhayati mengatakan selama tinggal di ponpes ini dirinya tidak pernah dipungut biaya sepeser pun, baik untuk biaya mondok maupun makan.
"Terkecuali biaya untuk membeli buku tulis atau makanan di luar yang diberikan," kata Nurhayati.
"Saya memilih bersekolah di ponpes ini selain gratis sehingga tidak membebani orang tua, juga lebih aman dibandingkan sekolah secara reguler karena setiap aktivitas selalu terpantau," katanya.
Badan usaha pesantren
Pada bagian lain, Kyai Abdullah juga menjelaskan bahwa dengan dukungan dan bantuan Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM-BRI), ponpes itu juga mengembangkan program kewirausahaan dalam bentuk Badan Usaha Milik Pesantren (BUMP).
"Ponpes juga terus berikhtiar untuk menuju kondisi-kondisi ke arah kemandirian, sehingga bisa berkembang," katanya didampingi Pengurus Harian (PH) YBM-BRI Kanwil Bandung -- yang mewilayahi Jawa Barat -- Ujang Sudarman.
BUMP Ponpes Al-Haq kini bisa mengembangkan usaha "sound system", di mana sejak diberikan bantuan YBM-BRI senilai Rp83 juta, kini sudah berhasil menambah peralatan sejenis secara mandiri.
Baca juga: Program Santripreneur mulai disosialisasikan
Dukungan usaha BUMP itu menginspirasi pihaknya untuk mengembangkan usaha jasa itu yang hingga kini berjalan baik.
"Bahkan, kini santri pun sudah ada yang menjadi operator jika ada permintaan jasa dari lingkungan desa sekitar," katanya.
Di bidang peningkatan kapasitas pendidikan, Ponpes Al-Haq juga difasilitasi YBM-BRI untuk mendapatkan pelatihan bagi guru di SMK Wikrama, Kota Bogor, yang merupakan SMK berprestasi nasional dan internasional.
"Dengan mengikuti pelatihan di SMM Wikrama, kami mendapatkan ilmu bagaimana manajemen pengelolaan lembaga pendidikan yang baik," katanya.
Sementara itu, PH YBM-BRI Kanwil Bandung Ujang Sudarman menjelaskan bahwa pihaknya melalui program integrasi pemberdayaan berbasis pondok pesantren memberikan bantuan pada tiga aspek.
Pertama, beasiswa kepada 30 santri selama tiga tahun (2014-2017) senilai Rp90.200.000, kedua berupa pembangunan sarana-prasarana asrama senilai Rp117.700.000, dan BUMP usaha "sound system" Rp83 juta.
Baca juga: Hipmi jadikan 10 ponpes proyek percontohan "pesantrenpreneur"
Baca juga: Wakil Ketua MPR apresiasi ponpes galakkan pelatihan bahasa Arab
Baca juga: RUU Pesantren perlu akomodasi ragam metode pendidikan