Industri oleokimia diprediksi tumbuh positif pada 2019
14 November 2018 20:24 WIB
Ketua Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) Rapolo Hutabarat, memaparkan proyeksi pertumbuhan industri oleokimia nasional, di Jakarta,Rabu. (subagyo)
Jakarta, (ANTARA News) - Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) menyatakan optimis pasar oleokimia dalam negeri akan tumbuh positif pada 2019.
Ketua Umum Apolin Rapolo Hutabarat di Jakarta, Rabu mengatakan, pertumbuhan industri oleokimia tersebut karena mendapat dukungan dari regulasi pemerintah yang mendorong produk sawit dalam bentuk processed product bernilai tambah.
Dia menjelaskan bahwa pertumbuhan industri oleokimia Indonesia sepanjang 3 tahun terakhir ini menunjukkan arah positif, yang mana dari sisi volume rata-rata tumbuh 10,68 persen per tahun. Sedangkan pertumbuhan nilai ekspornya rata-rata tumbuh 19,61 persen per tahun.
Pada 2019, Apolin memproyeksikan volume ekspor naik 12 persen menjadi 5,36 juta ton dari tahun 2018. Kenaikan volume juga diikuti nilai ekspor yang bisa tumbuh 20% menjadi 5 miliar dolar.
"Meningkatnya pertumbuhan produk oleokimia salah satunya ditopang pemakaian produk perawatan tubuh dan kosmetik," katanya.
Pariwisata, lanjutnya menjadi sektor penggerak permintaan produk oleokimia, karena orang senang traveling. Sewaktu bepergian, mereka pasti membawa produk kosmetik dan perawatan badan seperti sabun dan shampoo. "Ini berdampak positif bagi oleokimia,"ujar Rapolo.
Dia mengungkapkan, volume ekspor produk oleokimia berjumlah 2,39 juta ton dalam kurun waktu Januari sampai Juni 2018. Estimasi hingga akhir tahun ini, ekspor dapat menyentuh angka 4,79 juta ton. Sementara itu, nilai ekspor oleokimia dari Januari sampai Desember 2018 mencapai 4,17 miliar dolar AS.
Produk oleokimia digunakan untuk mendukung kebutuhan produk beragam industri seperti industri farmasi, pengeboran minyak baja, ban, kosmetika, dan kebutuhan rumah tangga-sabun, pasta gigi serta shampo.
Menurut dia, permintaan global terhadap produk-produk oleokimia diprediksi mengalami pertumbuhan yang positif seiring dengan berbagai upaya bersama yang dilakukan oleh pemerintah dan pelaku usaha asosiasi untuk membuka pasar-pasar baru produk olahan minyak sawit Indonesia.
Ekspor produk oleokimia ditujukan ke sejumlah negara tujuan utama yaitu Uni Eropa, Tiongkok, India, Korea Selatan, dan Jepang. Rapolo menyebutkan pasar potensial ekspor oleokimia berasal dari negara-negara di Benua Afrika.
Produk yang paling banyak diminta adalah soap noodle. Penetrasi pasar produk oleokimia sejauh ini tidak menghadapi hambatan di negara tujuan ekspor.
"Para produsen terus berupaya membuka pasar baru serta mempertahankan pasar eksisting,"ujarnya.
Rapolo mengharapkan momentum industri oleokimia harus dipertahankan dan ditingkatkan melalui kerja sama dengan semua pemangku kepentingan industri sawit nasional.
Industri oleokimia nasional mempunyai kapasitas produksi terpasang sekitar 5,5 juta ton, dengan tingkat utilisasi produksi sebanyak 75 persen yang menghasilkan 21 jenis produk turunan oleokiamia.
Asosiasi mengapresiasi kebijakan pemerintah untuk menjaga iklim investasi antara lain kebijakan Tax Holiday maupun Tax Allowance.Termasuk PMK No. 29/2018 mengenai Kemudahan Perizinan dan PMK No. 35/2018 mengenai Pengurangan PPh Badan Usaha.
Baca juga: Menperin resmikan pabrik oleokimia di Dumai
Baca juga: Sinar Mas perkenalkan unit baru oleokimia
Ketua Umum Apolin Rapolo Hutabarat di Jakarta, Rabu mengatakan, pertumbuhan industri oleokimia tersebut karena mendapat dukungan dari regulasi pemerintah yang mendorong produk sawit dalam bentuk processed product bernilai tambah.
Dia menjelaskan bahwa pertumbuhan industri oleokimia Indonesia sepanjang 3 tahun terakhir ini menunjukkan arah positif, yang mana dari sisi volume rata-rata tumbuh 10,68 persen per tahun. Sedangkan pertumbuhan nilai ekspornya rata-rata tumbuh 19,61 persen per tahun.
Pada 2019, Apolin memproyeksikan volume ekspor naik 12 persen menjadi 5,36 juta ton dari tahun 2018. Kenaikan volume juga diikuti nilai ekspor yang bisa tumbuh 20% menjadi 5 miliar dolar.
"Meningkatnya pertumbuhan produk oleokimia salah satunya ditopang pemakaian produk perawatan tubuh dan kosmetik," katanya.
Pariwisata, lanjutnya menjadi sektor penggerak permintaan produk oleokimia, karena orang senang traveling. Sewaktu bepergian, mereka pasti membawa produk kosmetik dan perawatan badan seperti sabun dan shampoo. "Ini berdampak positif bagi oleokimia,"ujar Rapolo.
Dia mengungkapkan, volume ekspor produk oleokimia berjumlah 2,39 juta ton dalam kurun waktu Januari sampai Juni 2018. Estimasi hingga akhir tahun ini, ekspor dapat menyentuh angka 4,79 juta ton. Sementara itu, nilai ekspor oleokimia dari Januari sampai Desember 2018 mencapai 4,17 miliar dolar AS.
Produk oleokimia digunakan untuk mendukung kebutuhan produk beragam industri seperti industri farmasi, pengeboran minyak baja, ban, kosmetika, dan kebutuhan rumah tangga-sabun, pasta gigi serta shampo.
Menurut dia, permintaan global terhadap produk-produk oleokimia diprediksi mengalami pertumbuhan yang positif seiring dengan berbagai upaya bersama yang dilakukan oleh pemerintah dan pelaku usaha asosiasi untuk membuka pasar-pasar baru produk olahan minyak sawit Indonesia.
Ekspor produk oleokimia ditujukan ke sejumlah negara tujuan utama yaitu Uni Eropa, Tiongkok, India, Korea Selatan, dan Jepang. Rapolo menyebutkan pasar potensial ekspor oleokimia berasal dari negara-negara di Benua Afrika.
Produk yang paling banyak diminta adalah soap noodle. Penetrasi pasar produk oleokimia sejauh ini tidak menghadapi hambatan di negara tujuan ekspor.
"Para produsen terus berupaya membuka pasar baru serta mempertahankan pasar eksisting,"ujarnya.
Rapolo mengharapkan momentum industri oleokimia harus dipertahankan dan ditingkatkan melalui kerja sama dengan semua pemangku kepentingan industri sawit nasional.
Industri oleokimia nasional mempunyai kapasitas produksi terpasang sekitar 5,5 juta ton, dengan tingkat utilisasi produksi sebanyak 75 persen yang menghasilkan 21 jenis produk turunan oleokiamia.
Asosiasi mengapresiasi kebijakan pemerintah untuk menjaga iklim investasi antara lain kebijakan Tax Holiday maupun Tax Allowance.Termasuk PMK No. 29/2018 mengenai Kemudahan Perizinan dan PMK No. 35/2018 mengenai Pengurangan PPh Badan Usaha.
Baca juga: Menperin resmikan pabrik oleokimia di Dumai
Baca juga: Sinar Mas perkenalkan unit baru oleokimia
Pewarta: Subagyo
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018
Tags: