Tokyo (ANTARA News) - Pasar saham Asia turun tipis pada perdagangan Rabu pagi, karena investor cemas tentang perlambatan pertumbuhan global dengan harga minyak mentah turun tajam di tengah kekhawatiran tentang melemahnya permintaan dunia dan kelebihan pasokan.

Minyak mentah AS berjangka menukik tujuh persen hari sebelumnya, menderita kerugian satu hari terbesar mereka dalam lebih dari tiga tahun. Kontrak terakhir berdiri di 55,72 dolar AS per barel, setelah turun menjadi 54,75 dolar AS semalam (Selasa), terendah sejak November 2017.

OPEC memperingatkan pada Selasa (13/11) bahwa kelebihan pasokan bisa muncul pada 2019, ketika ekonomi dunia melambat dan saingannya meningkatkan produksi lebih cepat dari yang diperkirakan.

Kekhawatiran tentang pertumbuhan global mendorong indeks MSCI, indikator lebih luas dari saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang, turun 0,07 persen.

Saham-saham Australia turun 0,5 persen, KOSPI Korea Selatan melemah 0,2 persen, dan Nikkei Jepang bertambah 0,3 persen.

Dow dan S&P 500 berakhir sedikit lebih rendah pada Selasa (13/11) karena harga minyak yang lebih rendah mengambil korban saham-saham energi, mengimbangi sedikit keuntungan dalam saham-saham teknologi dan memperbarui harapan untuk kemajuan dalam pembicaraan perdagangan AS-China.

Nasdaq berhasil berakhir hampir datar pada Selasa (13/11), karena "rebound" di saham-saham teknologi menjaga indeks keluar dari teritori negatif.

Aset-aset berisiko telah mengalami tekanan jual yang kuat selama dua bulan terakhir, karena kekhawatiran tentang puncak pertumbuhan laba menambah ketegangan perdagangan internasional dan tanda-tanda perlambatan dalam investasi global dan pertumbuhan.

"Pasar akan bereaksi lebih positif terhadap perdagangan AS-China dan berita utama terkait Brexit beberapa bulan lalu," kata Kepala Analis Mata Uang dan Obligasi Asing di SMBC Nikko Securities Makoto Noji di Tokyo, Jepang, seperti dikutip Reuters .

"Namun saat ini ada fokus yang lebih besar pada kemungkinan kedua pemimpin AS dan China mempertahankan sikap keras mereka, dengan menghindari kompromi mereka, dan Brexit macet. Sentimen pasar jelas mendingin."

Inggris dan Uni Eropa menyepakati teks untuk kesepakatan perceraian Brexit pada Selasa (13/11). Perdana Menteri Theresa May akan mempresentasikan rancangan perjanjian penarikan kepada menteri-menteri seniornya pada Rabu waktu setempat guna mendiskusikan dan kemudian memutuskan langkah selanjutnya.

Terangkat oleh harapan terbaru untuk kesepakatan Brexit, pound memperpanjang kenaikannya semalam dan terakhir 0,35 persen lebih tinggi pada 1,3016 dolar AS.

Harapan Brexit juga mendukung euro. Mata uang tunggal naik 0,2 persen pada 1,1310 dolar AS, mundur dari terendah 17 bulan pada 1,1216 yang disentuh pada Senin (12/11).

Namun demikian, kenaikan euro tertahan oleh kekhawatiran atas proposal anggaran Italia. Komisi Eropa menolak rencana Italia bulan lalu dan telah mengancam untuk menjatuhkan sanksi jika tidak direvisi untuk menyesuaikan dengan peraturan Uni Eropa - sesuatu yang Roma tunjukkan tidak mau melakukannya.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, tergelincir semalam menjadi 97,303.

Baca juga: Saham Boeing dan Exxon jatuh, Wall Street ditutup bervariasi

Baca juga: Harga minyak anjlok hingga 7,1 persen, perpanjang rekor penurunan



Indeks terus naik ke tingkat tertinggi 16 bulan di 97,693 pada Senin (12/11) di tengah sengketa perdagangan AS-China yang sedang berlangsung dan komitmen Federal Reserve untuk terus menaikkan suku bunganya secara bertahap.

Juga membebani dolar, imbal hasil oblihasi AS tergelincir ke posisi terendah lebih dari satu minggu semalam, karena penurunan tajam harga minyak menunjukkan prospek inflasi yang lebih lemah.