KNKT datangkan kapal dari Singapura cari kotak hitam kedua
12 November 2018 20:14 WIB
Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Polana Banguningsih Pramesti (tengah) bersama Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono (kiri) dan Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub Hengki Angkasawan, memberikan keterangan pers tentang penanganan kecelakaan pesawat Lion Air JT610 di Kemenhub, Jakarta, Senin (12/11/2018). KNKT akan terus melakukan pencarian bagian kotak hitam pesawat tersebut yang berisi Cockpit Voice Recorder (CVR) meski pencarian korban telah dihentikan. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/ama.
Jakarta (ANTARA News) - Komite Nasional Keselamatan Transportasi mendatangkan kapal dari Singapura untuk keperluan pencarian kotak hitam kedua, yaitu “Cockpit Voice Recorder” (CVR).
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, menjelaskan kapal tersebut merupakan kapal yang dilengkapi dengan penyedit lumpur karena diduga CVR terpendam dalam lumpur.
“Hari kamis siap dari Singapura berlayar ke sini. Kapal penyedot sudah ada di sekitar Pulau Seribu,” katanya.
Ia menuturkan ada banyak kemungkinan selain terpendam dalam lumpur, yaitu alat penangkap sinyal (pinker) terlepas dari CVR karena hantaman yang begitu kuat.
Pasalnya, Ia sudah menguji coba apabila CVR dipendam dalam lumpur, masih bisa mengeluarkan sinyal.
“Entah tertusuk, sehingga bolong karena ‘impact’ dan terlepas dari dudukannya, masih banyak kemungkinan saking kencangnya hantaman,” katanya.
Kotak hitam, baik itu CVR atau FDR sendiri sudah dirancang sedemikian kuat, yaitu tahan sampai 150 G, tahan di kedalaman hingga 6.000 meter serta tahan dibakar sampai 30 menit.
Untuk menemukan CVR itu, lanjut dia, dibutuhkan alat khusus, yaitu site scan sonar, multi beam, magneto, sub-bottom profiling untuk melacak keberadaan CVR, terutama apabila terpendam dalam lumpur.
Baca juga: KNKT teruskan pencarian kotak hitam CVR Lion Air
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, menjelaskan kapal tersebut merupakan kapal yang dilengkapi dengan penyedit lumpur karena diduga CVR terpendam dalam lumpur.
“Hari kamis siap dari Singapura berlayar ke sini. Kapal penyedot sudah ada di sekitar Pulau Seribu,” katanya.
Ia menuturkan ada banyak kemungkinan selain terpendam dalam lumpur, yaitu alat penangkap sinyal (pinker) terlepas dari CVR karena hantaman yang begitu kuat.
Pasalnya, Ia sudah menguji coba apabila CVR dipendam dalam lumpur, masih bisa mengeluarkan sinyal.
“Entah tertusuk, sehingga bolong karena ‘impact’ dan terlepas dari dudukannya, masih banyak kemungkinan saking kencangnya hantaman,” katanya.
Kotak hitam, baik itu CVR atau FDR sendiri sudah dirancang sedemikian kuat, yaitu tahan sampai 150 G, tahan di kedalaman hingga 6.000 meter serta tahan dibakar sampai 30 menit.
Untuk menemukan CVR itu, lanjut dia, dibutuhkan alat khusus, yaitu site scan sonar, multi beam, magneto, sub-bottom profiling untuk melacak keberadaan CVR, terutama apabila terpendam dalam lumpur.
Baca juga: KNKT teruskan pencarian kotak hitam CVR Lion Air
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018
Tags: