Empat pilar utama bikin Indonesia hebat ala Menperin
12 November 2018 15:21 WIB
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjadi pembicara pada acara Solidaritas Untuk Indonesia Lebih Baik di Jakarta. (ANTARA News/HO/ Biro Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menyebutkan ada empat pilar utama yang akan membawa Indonesia mengalami lompatan jauh, masuk jajaran 10 negara besar yang memiliki ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2030.
Keempat pilar tersebut adalah teknologi, industri, inovasi dan sumber daya manusia (SDM).
"Oleh karena itu, kita telah memulainya dengan meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 yang akan menjadi agenda nasional serta strategi dan arah yang jelas dalam memacu industri nasional berdaya saing global sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia," katanya melalui keterangannya diterima di Jakarta, Senin.
Menperin menyampaikan hal itu ketika menjadi pembicara pada kegiatan bertajuk Solidaritas Untuk Indonesia Lebih Baik di Jakarta.
Ia mengatakan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mengajak masyarakat Indonesia agar siap menyambut revolusi industri 4.0. Sebab, bangsa Indonesia tidak boleh gagap atau tertinggal dari perkembangan teknologi terkini sehingga mampu berinovasi dan kompetitif dengan negara lain.
"Bangsa ini harus bisa memasuki era baru, yakni era yang berlandaskan digital atau industri 4.0 yang memiliki prinsip perubahan yang dinamis, transformatif dan berkemajuan," jelasnya.
Guna mendorong transformasi sosial budaya pada masyarakat Indonesia tersebut, salah satu faktor yang memengaruhi adalah teknologi.
"Teknologi mengubah cara kita berinteraksi, cara kita memandang suatu masalah dan mengambil keputusan," kata Menperin.
Baca juga: "Making Indonesia 4.0 Startup" bangun ekosistem inovasi
Dalam penerapan industri 4.0, Indonesia akan didukung dengan lima teknologi utama yang menjadi ciri khas di era digital, yaitu konektivitas dan kemampuan komputasi, kemampuan analitik dan intelegensi mesin, ketersambungan manusia dengan mesin (human-machine interface), teknologi robotik tingkat lanjut, serta metode manufaktur melalui cetak tiga dimensi (3D Printing).
Kemudian, Menperin mengungkapkan, aktivitas industri manufakur berperan penting mendongkrak perekonomian negara karena membawa efek berganda yang positif.
Misalnya, peningkatan pada nilai tambah baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja, dan penerimaan devisa dari ekspor.
"Tidak ada satu negara maju di dunia yang tanpa melalui proses industrialisasi. Beberapa waktu lalu, dalam sebuah conference dengan UNIDO, Indonesia menjadi inspirator untuk mengimplementasikan industri 4.0 di negara-negara berkembang Asia Pasifik," paparnya.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan masih konsisten memberikan kontribusi tertinggi dalam struktur produk domestik bruto (PDB) nasional, dengan porsi mencapai 19,66 persen pada triwulan III tahun 2018.
"Indonesia masuk dalam jajaran sembilan negara di dunia yang industrinya memberikan kontribusi besar bagi ekonomi," kata Menperin.
Sementara itu, Kemenperin juga semakin gencar meningkatkan kualitas dan intensitas kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) di berbagai lini yang dapat menumbuhkan inovasi dalam upaya pengembangan industri manufaktur nasional.
"Peran lembaga litbang yang ada di seluruh Indonesia dapat menjadi penyokong utama terbentuknya ekosistem inovasi yang melahirkan riset-riset berkualitas dan memberi manfaat bagi kemajuan sektor industri," ujar Menperin.
Langkah strategis lainnya yang tidak kalah penting adalah meningkatkan kompetensi SDM industri, terutama untuk siap memasuki era revolusi industri 4.0. Dalam hal ini, Kemenperin telah meluncurkan program pendidikan vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri di beberapa wilayah di Indonesia yang dimulai pada Februari 2017.
"Hingga saat ini, kami telah menggandeng sebanyak 609 industri dan 1.753 SMK yang terlibat. Program penciptaan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan industri ini akan terus digulirkan lagi pelaksanannya. Memang hasilnya tidak langsung jadi, butuh waktu 2-3 tahun ke depan,” pungkas Menperin.
Baca juga: Peta jalan revolusi industri 4.0 diluncurkan Jokowi bergulir
Keempat pilar tersebut adalah teknologi, industri, inovasi dan sumber daya manusia (SDM).
"Oleh karena itu, kita telah memulainya dengan meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 yang akan menjadi agenda nasional serta strategi dan arah yang jelas dalam memacu industri nasional berdaya saing global sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia," katanya melalui keterangannya diterima di Jakarta, Senin.
Menperin menyampaikan hal itu ketika menjadi pembicara pada kegiatan bertajuk Solidaritas Untuk Indonesia Lebih Baik di Jakarta.
Ia mengatakan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mengajak masyarakat Indonesia agar siap menyambut revolusi industri 4.0. Sebab, bangsa Indonesia tidak boleh gagap atau tertinggal dari perkembangan teknologi terkini sehingga mampu berinovasi dan kompetitif dengan negara lain.
"Bangsa ini harus bisa memasuki era baru, yakni era yang berlandaskan digital atau industri 4.0 yang memiliki prinsip perubahan yang dinamis, transformatif dan berkemajuan," jelasnya.
Guna mendorong transformasi sosial budaya pada masyarakat Indonesia tersebut, salah satu faktor yang memengaruhi adalah teknologi.
"Teknologi mengubah cara kita berinteraksi, cara kita memandang suatu masalah dan mengambil keputusan," kata Menperin.
Baca juga: "Making Indonesia 4.0 Startup" bangun ekosistem inovasi
Dalam penerapan industri 4.0, Indonesia akan didukung dengan lima teknologi utama yang menjadi ciri khas di era digital, yaitu konektivitas dan kemampuan komputasi, kemampuan analitik dan intelegensi mesin, ketersambungan manusia dengan mesin (human-machine interface), teknologi robotik tingkat lanjut, serta metode manufaktur melalui cetak tiga dimensi (3D Printing).
Kemudian, Menperin mengungkapkan, aktivitas industri manufakur berperan penting mendongkrak perekonomian negara karena membawa efek berganda yang positif.
Misalnya, peningkatan pada nilai tambah baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja, dan penerimaan devisa dari ekspor.
"Tidak ada satu negara maju di dunia yang tanpa melalui proses industrialisasi. Beberapa waktu lalu, dalam sebuah conference dengan UNIDO, Indonesia menjadi inspirator untuk mengimplementasikan industri 4.0 di negara-negara berkembang Asia Pasifik," paparnya.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan masih konsisten memberikan kontribusi tertinggi dalam struktur produk domestik bruto (PDB) nasional, dengan porsi mencapai 19,66 persen pada triwulan III tahun 2018.
"Indonesia masuk dalam jajaran sembilan negara di dunia yang industrinya memberikan kontribusi besar bagi ekonomi," kata Menperin.
Sementara itu, Kemenperin juga semakin gencar meningkatkan kualitas dan intensitas kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) di berbagai lini yang dapat menumbuhkan inovasi dalam upaya pengembangan industri manufaktur nasional.
"Peran lembaga litbang yang ada di seluruh Indonesia dapat menjadi penyokong utama terbentuknya ekosistem inovasi yang melahirkan riset-riset berkualitas dan memberi manfaat bagi kemajuan sektor industri," ujar Menperin.
Langkah strategis lainnya yang tidak kalah penting adalah meningkatkan kompetensi SDM industri, terutama untuk siap memasuki era revolusi industri 4.0. Dalam hal ini, Kemenperin telah meluncurkan program pendidikan vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri di beberapa wilayah di Indonesia yang dimulai pada Februari 2017.
"Hingga saat ini, kami telah menggandeng sebanyak 609 industri dan 1.753 SMK yang terlibat. Program penciptaan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan industri ini akan terus digulirkan lagi pelaksanannya. Memang hasilnya tidak langsung jadi, butuh waktu 2-3 tahun ke depan,” pungkas Menperin.
Baca juga: Peta jalan revolusi industri 4.0 diluncurkan Jokowi bergulir
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018
Tags: