Industri pulp dan kertas dipacu manfaatkan teknologi ramah lingkungan
12 November 2018 12:31 WIB
Ilustrasi: Sejumlah pekerja beraktivitas di bagian konverting kertas di pabrik PT Indah Kiat Pulp & Paper di Perawang Kabupaten Siak, Riau (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian memacu industri pulp dan kertas untuk terus menggunakan teknologi terkini yang ramah lingkungan agar dapat menghasilkan inovasi berkelanjutan.
Demikian disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Ngakan Timur Antara.
"Sampai saat ini, sudah ada 84 perusahaan pulp dan kertas di Indonesia. Indonesia berada di peringkat ke-9 untuk produsen pulp terbesar di dunia serta posisi ke-6 untuk produsen kertas terbesar di dunia," kata Ngakan melalui keterangannya di Jakarta, Senin.
Langkah yang sejalan dengan implementasi Making Indonesia 4.0 ini dinilai dapat meningkatkan daya saing produk nasional sehingga lebih kompetitif di pasar global.
Menurut dia, berdasarkan kebijakan industri nasional, industri pulp dan kertas merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas dalam pengembangannya.
"Hal ini karena Indonesia punya potensi terutama terkait bahan baku, selain itu produktivitas tanaman kita jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara pesaing yang beriklim subtropis," tuturnya.
Selain itu, industri pulp dan kertas memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional.
Berdasarkan kinerja ekspornya, industri kertas berhasil menduduki peringkat pertama dan industri pulp peringkat ketiga untuk ekspor produk kehutanan selama tahun 2011-2017.
Pada 2017 kedua industri tersebut menyumbang devisa negara sebesar 5,8 miliar dolar AS, yang berasal dari kegiatan ekspor pulp senilai 2,2 miliar dolar AS ke beberapa negara tujuan utama yaitu China, Korea, India, Bangladesh, dan Jepang, serta ekspor kertas sebesar 3,6 miliar dolar AS ke Jepang, Amerika Serikat, Malaysia, Vietnam dan China.
"Industri pulp dan kertas juga menyerap sebanyak 260 ribu tenaga kerja langsung dan 1,1 juta tenaga kerja tidak langsung," imbuh Ngakan. Maka itu, industri pulp dan kertas tergolong sektor padat karya dan berorientasi ekspor.
Guna mendongkrak kemampuan industri pulp dan kertas nasional, Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK) di Bandung sebagai salah satu lembaga riset di bawah BPPI Kemenperin telah berperan aktif dalam upaya pengembangan standar hijau.
Jadi, lanjutnya, proses produksi di industri mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.
“Sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,” paparnya.
Pada 6-8 November 2018 lalu, BBPK Bandung menggelar 3rd International Symposium on Resource Efficiency in Pulp and Paper Technology (3rd REPTech).
Simposium internasional ini bertujuan untuk mempromosikan dan menyebarluaskan inovasi hasil litbang dan pengembangan teknologi berwawasan lingkungan dalam pengelolaan industri pulp dan kertas.
Kegiatan tersebut dihadiri sebanyak 250 peserta yang berlatar belakang kalangan industri, peneliti, praktisi, serta tenaga ahli profesional di bidang pulp dan kertas, baik dari dalam maupun luar negeri.
"Selain dari Indonesia, pembicara berasal dari negara Jepang, Korea, Australia, dan Malaysia. Materi yang disampaikan antara lain mengenai non-wood fiber source and technology, paper recycling technology, sustainable production system in pulp and paper industry, serta penerapan industri 4.0," tambah Ngakan.
Tujuan lain simposium ini juga melakukan pertukaran informasi terbaru tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pulp dan kertas, serta memperluas jejaring kerja sama litbang dengan mempertemukan tokoh-tokoh penting di bidang riset dari perguruan tinggi, instansi, asosiasi, dan lembaga riset yang berada di dalam maupun luar negeri.
Baca juga: Kinerja ekspor bikin industri pulp dan kertas Indonesia berpotensi jadi terbesar dunia
Demikian disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Ngakan Timur Antara.
"Sampai saat ini, sudah ada 84 perusahaan pulp dan kertas di Indonesia. Indonesia berada di peringkat ke-9 untuk produsen pulp terbesar di dunia serta posisi ke-6 untuk produsen kertas terbesar di dunia," kata Ngakan melalui keterangannya di Jakarta, Senin.
Langkah yang sejalan dengan implementasi Making Indonesia 4.0 ini dinilai dapat meningkatkan daya saing produk nasional sehingga lebih kompetitif di pasar global.
Menurut dia, berdasarkan kebijakan industri nasional, industri pulp dan kertas merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas dalam pengembangannya.
"Hal ini karena Indonesia punya potensi terutama terkait bahan baku, selain itu produktivitas tanaman kita jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara pesaing yang beriklim subtropis," tuturnya.
Selain itu, industri pulp dan kertas memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional.
Berdasarkan kinerja ekspornya, industri kertas berhasil menduduki peringkat pertama dan industri pulp peringkat ketiga untuk ekspor produk kehutanan selama tahun 2011-2017.
Pada 2017 kedua industri tersebut menyumbang devisa negara sebesar 5,8 miliar dolar AS, yang berasal dari kegiatan ekspor pulp senilai 2,2 miliar dolar AS ke beberapa negara tujuan utama yaitu China, Korea, India, Bangladesh, dan Jepang, serta ekspor kertas sebesar 3,6 miliar dolar AS ke Jepang, Amerika Serikat, Malaysia, Vietnam dan China.
"Industri pulp dan kertas juga menyerap sebanyak 260 ribu tenaga kerja langsung dan 1,1 juta tenaga kerja tidak langsung," imbuh Ngakan. Maka itu, industri pulp dan kertas tergolong sektor padat karya dan berorientasi ekspor.
Guna mendongkrak kemampuan industri pulp dan kertas nasional, Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK) di Bandung sebagai salah satu lembaga riset di bawah BPPI Kemenperin telah berperan aktif dalam upaya pengembangan standar hijau.
Jadi, lanjutnya, proses produksi di industri mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.
“Sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,” paparnya.
Pada 6-8 November 2018 lalu, BBPK Bandung menggelar 3rd International Symposium on Resource Efficiency in Pulp and Paper Technology (3rd REPTech).
Simposium internasional ini bertujuan untuk mempromosikan dan menyebarluaskan inovasi hasil litbang dan pengembangan teknologi berwawasan lingkungan dalam pengelolaan industri pulp dan kertas.
Kegiatan tersebut dihadiri sebanyak 250 peserta yang berlatar belakang kalangan industri, peneliti, praktisi, serta tenaga ahli profesional di bidang pulp dan kertas, baik dari dalam maupun luar negeri.
"Selain dari Indonesia, pembicara berasal dari negara Jepang, Korea, Australia, dan Malaysia. Materi yang disampaikan antara lain mengenai non-wood fiber source and technology, paper recycling technology, sustainable production system in pulp and paper industry, serta penerapan industri 4.0," tambah Ngakan.
Tujuan lain simposium ini juga melakukan pertukaran informasi terbaru tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pulp dan kertas, serta memperluas jejaring kerja sama litbang dengan mempertemukan tokoh-tokoh penting di bidang riset dari perguruan tinggi, instansi, asosiasi, dan lembaga riset yang berada di dalam maupun luar negeri.
Baca juga: Kinerja ekspor bikin industri pulp dan kertas Indonesia berpotensi jadi terbesar dunia
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018
Tags: