Umat Buddha lakukan acara ritual pelepasan ikan
11 November 2018 22:19 WIB
DOA UNTUK KERUKUNAN BANGSA Umat Buddha yang tergabung dalam Majelis Nichiren Shoshu Buddha Dharma Indonesia mengikuti kegiatan Doa Untuk Kerukunan Bangsa di Medan, Sumatera Utara, Jumat (26/10/2018). Doa bersama yang diselenggarakan oleh Majelis Nichiren Shoshu Buddha Dharma Indonesia itu digelar untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam hidup berkerukunan umat beragama yang ada di Indonesia. ANTARA FOTO/Septianda Perdana/foc. (ANTARA FOTO/SEPTIANDA PERDANA)
Denpasar (ANTARA News) - Ratusan masyarakat dan Umat Buddha di Bali melakukan upacara ritual pelepasan ikan yang dipimpin YM Passang Rinpoche di Pelabuhan Benoa, Kota Denpasar, Minggu.
Sebelum acara pelepasan ribuan ekor ikan tersebut, guru besar Umat Buddha Passang Rinpoche melakukan puja mantra yang diikuti peserta kegiatan itu, sebagai wujud persembahan kepada Tuhan untuk mengantarkan satwa hidup yang akan dilepas kembali ke habitatnya.
Sofyan, seorang panitia dan sekaligus sukarelawan dalam acara tersebut mengatakan acara ritual pelepasan makhluk hidup, salah satunya ikan ke habitatnya bermakna untuk melepaskan keterikanan yang selama ini oleh penghuni alam ini, yakni manusia itu sendiri.
"Makna dari pelepasan satwa hidup, yakni ikan untuk bisa hidup di alamnya. Sebagai manusia harus memberikan kebebasan, tak terbelenggu untuk memenuhi keinginan dari manusia tersebut. Biarkan mereka hidup, karena apa yang ada di dunia adalah ciptaan Tuhan," ujarnya.
Baca juga: Umat Buddha upacara Siripada di Sungai Progo
Ia mengatakan menjalankan kebajikan dan cinta kasih tersebut adalah dengan cara membebaskan seluruh satwa yang ada di alam ini. Kali ini adalah serangkaian kegiatan puncak acara dari kegiatan ritual "Chau Tu dan Yen Kung" yang diselenggarakan Vihara Satya Dharma Denpasar pada Sabtu (10/11) malam.
Sementara itu, guru besar Umat Buddha Passang Rinpoche berpesan kepada umat untuk selalu menanamkan cinta kasih dan dharma kepada sesama dan lingkungan sekitarnya.
"Dengan jalan tersebut maka kebahagiaan akan tercapai. Sebab membebaskan makhluk hidup dari belenggu penderitaan adalah jalan cinta kasih dan dharma," ujarnya.
Passang Rinpoche bertutur, sejak kecil telah menekuni ajaran Buddha, dan pola hidupnya adalah vegetarian (tidak makan daging), tapi tetap bisa sehat dan bahagia. Karena untuk menjaga stamina kesehatan tidak mesti bergantung terhadap daging.
"Masih banyak makanan pengganti protein yang terbuat dari hewan (daging). Pola makan vegetarian adalah bagian kehidupan untuk menaburkan cinta kasih kepada satwa. Sebab kita tidak akan melakukan pemotongan terhadap satwa tersebut. Oleh karena itu saya mengajak semua umat manusia menjalankan kehidupan seperti itu. Saling memberi kasih sayang dan dharma untuk kesempurnaan dan kedamaian," ujarnya.
Baca juga: Umat Buddha gelar ritual doa di Candi Mendut
Sebelum acara pelepasan ribuan ekor ikan tersebut, guru besar Umat Buddha Passang Rinpoche melakukan puja mantra yang diikuti peserta kegiatan itu, sebagai wujud persembahan kepada Tuhan untuk mengantarkan satwa hidup yang akan dilepas kembali ke habitatnya.
Sofyan, seorang panitia dan sekaligus sukarelawan dalam acara tersebut mengatakan acara ritual pelepasan makhluk hidup, salah satunya ikan ke habitatnya bermakna untuk melepaskan keterikanan yang selama ini oleh penghuni alam ini, yakni manusia itu sendiri.
"Makna dari pelepasan satwa hidup, yakni ikan untuk bisa hidup di alamnya. Sebagai manusia harus memberikan kebebasan, tak terbelenggu untuk memenuhi keinginan dari manusia tersebut. Biarkan mereka hidup, karena apa yang ada di dunia adalah ciptaan Tuhan," ujarnya.
Baca juga: Umat Buddha upacara Siripada di Sungai Progo
Ia mengatakan menjalankan kebajikan dan cinta kasih tersebut adalah dengan cara membebaskan seluruh satwa yang ada di alam ini. Kali ini adalah serangkaian kegiatan puncak acara dari kegiatan ritual "Chau Tu dan Yen Kung" yang diselenggarakan Vihara Satya Dharma Denpasar pada Sabtu (10/11) malam.
Sementara itu, guru besar Umat Buddha Passang Rinpoche berpesan kepada umat untuk selalu menanamkan cinta kasih dan dharma kepada sesama dan lingkungan sekitarnya.
"Dengan jalan tersebut maka kebahagiaan akan tercapai. Sebab membebaskan makhluk hidup dari belenggu penderitaan adalah jalan cinta kasih dan dharma," ujarnya.
Passang Rinpoche bertutur, sejak kecil telah menekuni ajaran Buddha, dan pola hidupnya adalah vegetarian (tidak makan daging), tapi tetap bisa sehat dan bahagia. Karena untuk menjaga stamina kesehatan tidak mesti bergantung terhadap daging.
"Masih banyak makanan pengganti protein yang terbuat dari hewan (daging). Pola makan vegetarian adalah bagian kehidupan untuk menaburkan cinta kasih kepada satwa. Sebab kita tidak akan melakukan pemotongan terhadap satwa tersebut. Oleh karena itu saya mengajak semua umat manusia menjalankan kehidupan seperti itu. Saling memberi kasih sayang dan dharma untuk kesempurnaan dan kedamaian," ujarnya.
Baca juga: Umat Buddha gelar ritual doa di Candi Mendut
Pewarta: I Komang Suparta
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018
Tags: