Jakarta (ANTARA News) -- Indonesia dianggap berhasil dalam proses regenerasi pada cabang olahraga (cabor) aerobik air atau akuarobik melalui salah satu klub akuarobik yang berbasis di Jakarta, Water Exercsie Training (WET) Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh tokoh maraton air dunia Rose Hartzenberg dari East London, Afrika Selatan, menjelang World Aquathon Day 2108 yang berlangsung serentak di seluruh dunia pada 10 November.
Penggagas World Aquathon asal Afrika Selatan ini mengaku mengikuti aktivitas WET Indonesia melalui sejumlah publikasi situs wet.id.
“Ya, saya mengikuti aktivitas (WET Indonesia), mengamati postingan foto-foto latihan anak-anak bersama orang tua mereka di kolam renang,” ujar Hartzenberg.
Sementara itu, pendiri WET Indonesia dan instruktur akuarobik internasion Damiana Dotty Widowati mengatakan, keluarga menjadi gerbang wujudkan ketahanan kesehatan suatu bangsa.
"Membangun kesehatan anak melalui media air membawa sinergi tiga kekuatan sekaligus: fisik, mental, energi,” ujar peraih Fitness Best Roar Asia Award 2018 ini.
"Keluarga sehat niscaya menciptakan masyarakat sehat serta bangsa yang kuat,” dia menegaskan.
Hal ini pula yang membuat WET Indonesia memilih merayakan World Aquathon Day 2018 secara lebih “visioner”, yakni menyiapkan silabus akuarobik Indonesia dengan penekanan utama dari hulu hidup manusia: bayi dan anak-anak. “Kami ingin lebih aktif mempromosikan pendekatan kuratif—ketimbang preventif—sejak usia dini melalui media air,” kata Dotty.
Bersama praktisi kebugaran Nano Oerip serta psikolog anak dan pendidikan Tari Sandjojo, Dotty merancang serangkaian diskusi bertema “Raising Children with Aquatic Intelligence” sejak Oktober lalu.
“Diskusi bersama komunitas keluarga akuarobik kembali kami gelar pada 10 November sebagai bagian dari perayaan World Aquathon Day 2018,” ujar Dotty.
Dalam dua tahun terakhir, WET Indonesia mengembangkan pendekatan baru pelatihan aerobik anak-anak dan balita melalui media air.
Di kolam renang, mereka diundang bersentuhan, menikmati air, bermain-main sebelum secara bertahap masuk ke kolam renang.
Praktisi kebugaran Nano Oerip meletakkan unsur tantangan membangun kesehatan dari hulu ke hilir sejak usia dini. Dengan 15 tahun pengalaman di industri kebugaran, Nano—pelari jarak-jauh yang persisten—melihat perkembangan otak melalui gerakan motorik serta emosi anak bisa dibangun bersama dalam media air.
“Ini berbeda dengan pola bermain pada industri keempat sekarang, yang didominasi teknologi,” kata Nano.
Akibatnya, “Perkembangan otak dan otot melambat dan tubuh lebih rentan terhadap risiko penyakit,” ujar alumnus Slippery Rock University, Pennsylvania, Amerika Serikat, ini.
Jumlah peserta usia dini di kolam WET Indonesia memang menunjukkan kenaikan amat signifikan dalam setahun terakhir. Pada 2017, jumlah peserta hanya sebanyak 10-15 bayi. Memasuki akhir 2018, tercatat sudah hampir mencapai 200 bayi.
Indonesia berhasil lakukan regenerasi di cabor akuarobik
11 November 2018 19:09 WIB
Tokoh maraton air dunia Rose Hartzenberg
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2018
Tags: