Dubes luncurkan penelitian masuknya Islam di Nusantara
Zairuddin Pasaribu (kiri) penjaga makam menjelaskan mengenai makam Mahligai merupakan perkuburan bersejarah yang menandakan masuknya agama Islam pertama ke Indonesia pada Abad ke VII Masehi di Desa Aek Dakka, Kec. Barus, Kab. Tapanuli Tengah, Sumut, Senin (10/5). Makampara pendatang dari Arab tersebut berjumlah 215 dengan panjangnya rata-rata 6 meter, dihiasi batu nisan yang khas dan unik bertuliskan bahasa Arab. Kini menjadi objek wisata religius bagi umat Islam se-Dunia, terletak 75 Km dari Sibolga dan 359 Km dari Kota Medan. (ANTARA/Septianda Perdana)
Dosen dan peneliti dari Universitas Indonesia, yakni Maman S. Mahayana, Ali Akbar, Bastian Zulyeno, Ghilman Assilmi, dan Chaidir Ashari.
"Saya selaku Dubes RI di Azerbaijan, dibantu oleh para dosen dan peneliti dari FIB UI akan mengadakan penelitian tentang sejarah masuknya Islam di Indonesia," kata Duta Besar Husnan melalui layanan pesan singkat yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Duta besar menjelaskan bahwa penelitian tersebut akan menelusuri kesamaan budaya yang ditemukan di Indonesia dan Azerbaijan.
"Adanya kemiripan `material culture` di kedua negara tersebut menunjukkan kemungkinan besar pengaruh Kaukasus dalam proses masuknya Islam ke Nusantara," ungkap Duta Besar Husnan.
Sementara itu, menurut Bastian yang beberapa waktu lalu sempat melakukan penelitian pendahuluan, ada hubungan antara masyarakat Azerbaijan dan Indonesia yang terlihat dari kesamaan nisan kuno yang ditemukan di kedua negara.
Di Indonesia, nisan kuno tersebut ditemukan di Barus, Sumatera Utara dan Aceh.
"Saya sempat melakukan observasi lapangan di daerah Sundu dan Maraza, Azerbaijan. Nisan kuno yang ada di Barus dan Aceh memiliki bentuk dan karakteristik yang sama dengan yang ada di wilayah tersebut," jelas Bastian Zulyeno.
Dia menambahkan bahwa dari segi "material culture" atau bahan budaya, nisan-nisan tersebut memiliki inskripsi (ukiran) dan simbol - simbol yang biasa ditulis pada nisan, yang umumnya terdapat pada pemakaman para tokoh sufi dan raja-raja di Azerbaijan.
Selain itu, lokasi pemakaman yang ditemukan di kedua daerah tersebut juga sama-sama berada di atas bukit.
Masyarakat Muslim di Indonesia merupakan mayoritas di negerinya dan juga di dunia, namun sejarah masuk dan berkembangnya agama ini di Nusantara masih menjadi bahan perdebatan.
Sampai kini, belum ada kesepakatan di antara para sejarawan mengenai sejarah awal kedatangan Islam serta asal pembawa ajaran tersebut.
Sejauh ini penjelasan tentang masuknya Islam ke Nusantara atau kepulauan Indonesia dibagi menjadi dua teori.
Teori pertama menyebutkan bahwa penyebaran Islam ke Indonesia terjadi pada abad ke-7 Masehi, yang berarti hampir bersamaan dengan meluasnya kekuasaan Daulah Islamiyyah di bawah kekuasaan Bani Umayyah (661-750 M) ke luar wilayah Jazirah Arab yang kini disebut sebagai Timur Tengah.
Pendukung teori pertama ini antara lain W.P. Groeneveldt, T.W. Arnold, Syed Naquib Al-Attas, J.C. van Leur, Hamka, dan Uka Tjandrasasmita.
Sedangkan teori ke dua mengatakan penyebaran Islam ke wilayah kepulauan Indonesia baru terjadi pada abad ke-13 M. Artinya Islam menyebar ke Nusantara pada masa Bani Abasiyyah (750-1258 M) menjadi penguasa di Timur Tengah.
Pendukung teori ke dua antara lain C. Snouck Hourgronje, R.A. Kern, J.P. Moquette, dan Haji Agus Salim.
Duta Besar Husnan menambahkan bahwa penelitian ini akan menghasilkan sebuah paradigma baru tentang sejarah masuknya Islam di Indonesia yang selama ini masih bias dan didominasi oleh teori Gujarat dan Timur Tengah.
Baca juga: Dubes RI dan UI teliti masuknya Islam ke Nusantara dari Azerbaijan
Pewarta: Libertina W. Ambari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018