Jakarta, (ANTARA News - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan efektifitas kebijakan pemerintah untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor dapat mulai terlihat untuk menekan defisit transaksi berjalan pada triwulan IV-2018.

"Kita percaya beberapa kebijakan, dampaknya mulai efektif," kata Darmin di Jakarta, Jumat.

Darmin mengatakan berbagai kebijakan untuk mendorong kinerja investasi dalam bidang pengolahan yang berbasis ekspor dan subtitusi impor serta pemanfaatan biodiesel (B20) untuk mengurangi impor solar belum sepenuhnya tercatat pada defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III-2018.

Namun, ia menyakini kebijakan tersebut akan memperlihatkan hasil pada akhir tahun, sehingga realisasi defisit neraca transaksi berjalan di triwulan IV-2018 dapat lebih rendah dari triwulan III-2018 yang tercatat sebesar 8,8 miliar dolar AS atau 3,37 persen terhadap PDB.

"Kalau defisit transaksi berjalan, persentase terhadap PDB di kuartal empat, semestinya menurun. Berapa angkanya? saya terus terang belum bisa bilang. Biasanya juga kuartal empat, tidak lebih dari kuartal sebelumnya," ujarnya.

Darmin juga menjelaskan mengatasi persoalan transaksi berjalan bukan masalah yang mudah, karena hampir selama 40 tahun terakhir, lebih banyak tercatat defisit dibandingkan surplus, akibat terlalu banyak produk bahan baku, setengah jadi maupun modal yang harus diimpor.

Meski demikian, transaksi berjalan ini tidak mengalami defisit terlalu dalam dan menimbulkan persoalan serius, karena pemerintah maupun bank sentral masih bisa mengelola neraca modal dan keuangan agar tercatat surplus dan memberikan kontribusi terhadap perekonomian.

"Jadi tergantung transaksi modal dan keuangan, karena sampai sekian tahun, surplus neraca modal dan keuangan selalu bisa menutupi. Kalau bisa menutup, tidak masalah. Kalau lebih, malah cadangan devisanya naik," ujarnya.

Untuk itu, pemerintah juga berupaya untuk mengelola masuknya investasi dan modal ke Indonesia dengan melakukan revisi Daftar Negatif Investasi, membuat kebijakan untuk mempertahankan Devisa Hasil Ekspor serta memperbaiki fasilitas insentif perpajakan guna memperbaiki neraca pembayaran.

Sebelumnya, bank sentral mencatat defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III-2018 mencapai 3,37 persen dari PDB atau sebesar 8,8 miliar dolar AS.
Meski pada paruh ketiga ini defisit meningkat, namun defisit neraca transaksi berjalan secara akumulatif baru mencapai 2,86 persen dari PDB, atau masih berada dalam batas aman dibawah tiga persen terhadap PDB.

Bank Indonesia menyatakan defisit transaksi berjalan yang meningkat pada triwulan III-2018 ini disebabkan oleh memburuknya kinerja neraca perdagangan barang dan meningkatnya defisit neraca jasa.

Neraca perdagangan mengalami defisit karena meningkatnya nilai impor minyak serta permintaan impor yang tinggi di sektor non-migas seiring dengan konsumsi domestik yang menggeliat.
Pelebaran defisit transaksi berjalan dapat dicegah dalam periode ini karena adanya ekspor produk manufaktur dan kenaikan surplus jasa perjalanan dari sektor pariwisata.


Baca juga: Darmin Nasution katakan perlambatan ekspor sebabkan defisit transaksi berjalan
Baca juga: BI: Defisit transaksi berjalan 2018 masih aman