Sydney (ANTARA News) - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-15 Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) berakhir pada Minggu siang waktu setempat dengan ditandai pembacaan Deklarasi APEC 2007 oleh Perdana Menteri Australia John Howard di Bennelobng Lawn, Government House yang tak jauh dari Gedung Opera Sydney. Pembacaan Deklarasi tersebut dihadiri seluruh pemimpin ekonomi APEC yang telah hadir mengikuti pertemuan puncak KTT APEC sejak Sabtu (8/9), kecuali Presiden Amerika Serikat George W Bush yang telah meninggalkan Sydney Sabtu malam (8/9) karena harus mempersiapkan laporannya tentang Perang Irak kepada Kongres AS. Pertemuan dua hari para pemimpin dari 21 anggota ekonomi APEC itu menghasilkan deklarasi tentang perubahan iklim, keamanan energi, dan pembangunan yang bersih, deklarasi KTT ke-15 APEC bertema "memperkuat komunitas kami, membangun masa depan yang berkesinambungan", serta pernyataan terpisah tentang perundingan WTO. Dalam deklarasinya tentang perubahan iklim, para pemimpin ekonomi APEC menyepakati bahwa pertumbuhan ekonomi, keamanan ketersediaan energi, dan perubahan iklim merupakan hal yang fundamental dan menjadi tantangan bagi kawasan APEC. Salah satu usul Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yakni pembentukan Inisiatif Segitiga Terumbu Karang atau "Coral Triangle Initiative on Coral Reefs" bahkan masuk dalam deklarasi tersebut. Sementara itu, dalam deklarasi KTT ke-15 APEC, para pemimpin forum kerja sama ekonomi yang dibentuk tahun 1989 itu akan mengkaji pilihan-pilihan dan prospek Kawasan Perdagangan Bebas Asia Pasifik (FTAAP) yang diusulkan AS pada KTT ke-14 APEC di Ha Noi tahun lalu melalui "serangkaian langkah praktis dan maju". Mereka juga sepakat mempercepat upaya terwujudnya integrasi ekonomi kawasan dengan terus mengurangi hambatan-hambatan perdagangan dan investasi, termasuk melalui perjanjian-perjanjian perdagangan bebas dan pengaturan perdagangan kawasan. Seterusnya, memperbaiki efisiensi ekonomi dan iklim usaha regional, termasuk pasar modal, serta menfasilitasi integrasi sektor-sektor seperti transportasi, telekomunikasi, pertambangan dan energi. Para pemimpin APEC itu juga menegaskan kembali komitmen mereka untuk memerangi korupsi dan mendukung terwujudnya pemerintahan yang bersih guna membantu terbangunnya kesejahteraan dan iklim usaha yang baik. "Pernyataan APEC tentang `perang melawan korupsi melalui kerja sama hukum internasional yang meningkat` meneguhkan komitmen kami untuk memperkuat kerjasama ekstradisi, prosekusi, bantuan hukum bersama, dan penanggulangan korupsi," kata mereka. Upaya memberantas korupsi itu antara lain disikapi para pemimpin dengan menyepakati kode etik bisnis baru APEC sebagai pedoman praktis bagi kalangan bisnis dan pejabat pemerintah untuk menghindari praktik koruptif dalam membangun usaha di kawasan APEC. Terkait dengan prospek proses negosiasi WTO, para pemimpin APEC dalam pernyataan terpisahnya menggarisbawahi pentingnya sistem perdagangan dunia yang didasarkan pada aturan-aturan WTO dan dukungan mereka untuk menyukseskan perundingan Putaran Doha yang masih berlangsung. Para pemimpin ekonomi APEC juga menekankan pentingnya hasil yang substantif di dalam semua aspek Putaran Doha sebagai cara terbaik untuk memajukan tujuan pembangunan ekonomi dan pembangunan negara-negara anggotanya. Menurut mereka, perundingan-perundingan menawarkan potensi yang timpang untuk menurunkan hambatan-hambatan perdagangan dan menciptakan pasar dunia yang lebih bebas, lebih fair (adil) dan lebih aman. Para pemimpin APEC menekankan "konsensus" sebagai satu-satunya basis bagi tercapainya hasil yang berimbang dan ambisius yang memberikan adanya akses pasar produk-produk pertanian, industri dan jasa secara substansial dan adanya pemangkasan yang jelas terhadap berbagai subsidi pertanian yang tak perlu. Selain itu, para pemimpin APEC itu juga menyetujui pandangan para menteri perdagangan dan berjanji mendorong tercapainya kemajuan penting untuk memastikan perundingan-perundingan Putaran Doha dapat memasuki fase akhir tahun ini. Para pemimpin ekonomi APEC juga menyambut baik tawaran Amerika Serikat untuk menjadi tuan rumah KTT APEC 2011 dan Rusia pada 2012. KTT APEC 2008 sendiri akan diadakan di Peru, tahun 2009 di Singapura, dan 2010 di Jepang. Agenda Doha Dalam perkembangan lain, Menteri Perdagangan RI Mari Elka Pangestu kepada wartawan mengatakan, para pemimpin APEC menggarisbawahi komitmen politik dan fleksibilitas terhadap agenda Doha itu yang mestinya dilaksanakan pada 2008. "Fleksibility itu artinya adanya keinginan untuk bergerak dari posisi sekarang. Jadi semuanya harus ada yang bergerak dari posisinya. Itu yang kita tekankan pada penting dan prioritasnya multilateral trading systemi. Karena ini kan kita di forum regional (APEC)," kata Mari. Terhadap materi integrasi ekonomi kawasan, Mari mengungkapkan, perlunya meningkatkan perdagangan dan investasi di kawasan APEC sesuai dengan "Bogor Goal" 1994. Seperti diketahui, KTT APEC di Bogor itu mencanangkan pembukaan pasar bebas bagi anggota ekonomi maju pada 2010 dan anggota ekonomi APEC yang masuk kelompok berkembang pada 2020. "Mungkin untuk 2010 sebagian besar negara maju (anggota ekonomi maju APEC-red.) sudah mendekati, tapi kalau untuk yang berkembang kan masih sampai 2020. Maka sangat penting capacity building. Jadi bantuan teknis dan bantuan untuk meningkatkan kapasitas. Karena itu yang kita perlukan sebagai negara yang sedang berkembang," katanya. Menurut Mari, dua hal yang terkait dengan membangun integrasi ekonomi kawasan (REI) itu adalah ide membentuk FTAAP dan laporan tentang REI itu sendiri. Para anggota APEC umumnya sepakat bahwa FTAAP merupakan salah satu tujuan jangka panjang, katanya. "Jadi ada `Free Trade Agreement` di antara kita. Nah mungkin sebagian besar merasa ini belum waktunya. Karena itu berarti harus ada negosiasi. Di WTO saja susah, mengalami kesulitan karena banyak sektor sensitif, seperti pertanian. Ini sama saja masalahnya di FTAAP. Apalagi kapasitas dari Negara-negara APEC ini sangat berbeda," kata Mari. Hal kedua, kata Mari, adalah perlu adanya rangkuman dokumen REI yang memuat secara jelas apa-apa yang harus dilakukan, rekomendasi beserta rencana aksinya. Forum APEC kini beranggotakan Indonesia, Australia, AS, Brunei, Kanada, Chile, RRC, Hong Kong, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Papua Nugini, Peru, Filipina, Rusia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. (*)