Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memprediksi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada kuartal III-2018 akan melebar dibandingkan kuartal sebelumnya.

"Kelihatannya perkiraannya begitu, melebar dari kuartal II. Kenapa? Karena memang pertumbuhan ekonomi kita tetap tinggi sehingga impornya jalan," ujar Darmin saat ditemui di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Jumat.

Selain itu, lanjut Darmin, faktor perang dagang antara AS dan China serta sejumlah negara lainnya, juga mememangaruhi kinerja ekspor sehingga semakin menekan neraca transaksi berjalan.

"India bikin bea masuk tinggi terhadap CPO, ekspor kita ke AS sedikit melambat, dan sebagainya. Ini bagian dari prosesnya," kata Darmin.

Menurut Darmin, defisit transaksi berjalan pada kuartal III-2018 berpotensi mencapai di atas tiga persen dari produk domestik bruto (PDB) atau batas aman besaran defisit.

Namun, ia menilai hal tersebut tidak perlu terlalu dikhawatirkan.

"Kemungkinan di atas tiga persen, tapi ya itu bukan menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan. Apalagi sekarang capital inflow mulai masuk setelah rupiah menguat," ujar Darmin.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), defisit transaksi berjalan pada triwulan II-2018 tercatat delapan miliar dolar AS atau 3,04 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau lebih tinggi dibandingkan defisit triwulan sebelumnya sebesar 5,7 miliar dolar AS atau 2,21 persen dari PDB.

Kendati pada triwulan kedua 2018 defisit transaksi berjalan sudah mencapai batas maksimal yang dianggap aman yaitu tiga persen, namun jika dihitung per semester I-2018, maka defisit transaksi berjalan baru mencapai 2,6 persen dari PDB.

Baca juga: Menkeu katakan pembenahan defisit transaksi berjalan butuh waktu
Baca juga: Menkeu: Akhir tahun defisit anggaran lebih rendah dari target