Ekonom sebut Asia Pasifik tetap kawasan dengan pertumbuhan tercepat
9 November 2018 08:59 WIB
Aktivitas bongkar muat di dermaga Terminal Peti Kemas Surabaya (TPS), Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (23/10/2018). Arus peti kemas melalui TPS tersebut hingga September 2018 tercatat 1.076.810 Teus naik 5,41 persen dari realisasi tahun 2017 pada periode yang sama. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/aww.
Bandar Seri Begawan, Brunei (ANTARA News) - Kawasan Asia Pasifik diperkirakan akan tetap menjadi kawasan yang paling cepat berkembang di dunia selama dekade berikutnya atau berkontribusi sekitar 50 persen dari total peningkatan PDB dunia antara 2018 dan 2028, kata seorang ekonom berpengaruh pada Kamis (8/11/2018).
Menurut Rajiv Biswas, Direktur Eksekutif dan Kepala Ekonom Asia Pasifik, IHS Markit, penyedia informasi global yang berbasis di London, China, India, dan Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) akan menjadi mesin pertumbuhan utama bagi pertumbuhan ekonomi Asia-Pasifik selama dekade berikutnya.
ASEAN akan menjadi salah satu kawasan paling dinamis dari ekonomi global, tumbuh pada kecepatan 5,0 persen per tahun pada 2019-2020.
"Pertumbuhan ekonomi ASEAN yang cepat akan didukung oleh pertumbuhan yang kuat dalam belanja konsumen dan investasi infrastruktur, serta perdagangan antar-ASEAN yang tumbuh cepat," katanya pada Pertemuan Dewan Perbankan ASEAN ke-48 yang diselenggarakan di Bandar Seri Begawan dengan partisipasi lebih dari 200 eksekutif senior perbankan dari 10 negara ASEAN.
Adapun ekonomi Brunei, ia mengatakan bahwa kesultanan akan melihat pertumbuhan yang kuat dalam jangka menengah, dengan perkiraan pertumbuhan PDB riil di 5,8 persen untuk 2019 dan 7,0 persen pada 2020.
"Faktor-faktor kunci yang mendukung pertumbuhan cepat ekonomi Brunei adalah kenaikan kuat harga LNG Asia selama 18 bulan terakhir dikombinasikan dengan pembangunan megaproyek petrokimia baru yang akan berproduksi mulai pada 2019," tambahnya.
Sebuah perusahaan patungan antara Hengyi Group China, sebuah perusahaan swasta, dan pemerintah Brunei sedang membangun sebuah kompleks petrokimia modern di Pulau Muara Besar (PMB), sebuah pulau kecil terpencil di sebelah timur laut ibu kota Brunei.
"Setelah selesai, proyek ini diharapkan dapat membantu Brunei untuk meningkatkan industrinya, mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan bakar mineral dan juga untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan perdagangan antara Brunei dan China," kata Chen Liancai, CEO perusahaan patungan itu kepada Xinhua melalui telepon.
Baca juga: Pertemuan PECC akan bahas tantangan ekonomi global
Menurut Rajiv Biswas, Direktur Eksekutif dan Kepala Ekonom Asia Pasifik, IHS Markit, penyedia informasi global yang berbasis di London, China, India, dan Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) akan menjadi mesin pertumbuhan utama bagi pertumbuhan ekonomi Asia-Pasifik selama dekade berikutnya.
ASEAN akan menjadi salah satu kawasan paling dinamis dari ekonomi global, tumbuh pada kecepatan 5,0 persen per tahun pada 2019-2020.
"Pertumbuhan ekonomi ASEAN yang cepat akan didukung oleh pertumbuhan yang kuat dalam belanja konsumen dan investasi infrastruktur, serta perdagangan antar-ASEAN yang tumbuh cepat," katanya pada Pertemuan Dewan Perbankan ASEAN ke-48 yang diselenggarakan di Bandar Seri Begawan dengan partisipasi lebih dari 200 eksekutif senior perbankan dari 10 negara ASEAN.
Adapun ekonomi Brunei, ia mengatakan bahwa kesultanan akan melihat pertumbuhan yang kuat dalam jangka menengah, dengan perkiraan pertumbuhan PDB riil di 5,8 persen untuk 2019 dan 7,0 persen pada 2020.
"Faktor-faktor kunci yang mendukung pertumbuhan cepat ekonomi Brunei adalah kenaikan kuat harga LNG Asia selama 18 bulan terakhir dikombinasikan dengan pembangunan megaproyek petrokimia baru yang akan berproduksi mulai pada 2019," tambahnya.
Sebuah perusahaan patungan antara Hengyi Group China, sebuah perusahaan swasta, dan pemerintah Brunei sedang membangun sebuah kompleks petrokimia modern di Pulau Muara Besar (PMB), sebuah pulau kecil terpencil di sebelah timur laut ibu kota Brunei.
"Setelah selesai, proyek ini diharapkan dapat membantu Brunei untuk meningkatkan industrinya, mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan bakar mineral dan juga untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan perdagangan antara Brunei dan China," kata Chen Liancai, CEO perusahaan patungan itu kepada Xinhua melalui telepon.
Baca juga: Pertemuan PECC akan bahas tantangan ekonomi global
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: