NTB destinasi wisata halal terfavorit ASR 2018
8 November 2018 23:54 WIB
Wisatawan asing bermain Kite Surfing di Kuta Beach Park the Mandalika di Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Sabtu (27/10/2018). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/wsj.
Jakarta (ANTARA News) - Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terpilih sebagai tujuan wisata halal terfavorit dalam Anugerah Syariah Republika (ASR) 2018, menyisihkan 13 provinsi lainnya.
Dari total suara masuk selama sepekan (30 Oktober-5 November 2018), voting untuk NTB mencapai 38 persen, diikuti Aceh (27 persen), dan Sumatera Barat (23 persen).
Selain itu, provinsi lain yang juga tercatat dalam "Voting Destinasi Halal Terfavorit" adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Sumatra Utara, Riau-Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Banten, dan Sumatera Selatan.
"Kategori tujuan destinasi halal terfavorit baru pertama kali diadakan pada ASR tahun ini," kata Ketua ASR 2018 Elba Damhuri.
Tahun lalu, ASR hanya berfokus pada penghargaan untuk pelaku industri keuangan syariah.
Penghargaan itu meliputi perbankan, keuangan nonperbankan, industri asuransi, industri mikro-makro, financial technology (fintech), multifinance, dan tokoh syariah.
Untuk kategori penghargaan industri keuangan terbagi ke dalam beberapa tingkat. Kategori Perbankan dibagi berdasarkan jumlah aset (BUKU--bank umum kelompok usaha) sehingga terpecah menjadi beberapa penghargaan. Untuk Kategori Asuransi juga terbagi berdasarkan kelas bisnisnya.
Kriteria penilaian berbasiskan data kuantitatif berupa catatan kinerja industri selama 2017 dan kinerja triwulan satu 2018. Selain kuantitatif, juga berdasarkan indikator kualitatif seperti pelayanan dan pandangan publik/konsumen.
Penilaian ketiga didasarkan inovasi yang telah dilakukan. Apa saja terobosan yang sudah dilakukan yang bisa dilihat dari produk-produk yang dimiliki dan kegiatan-kegiatan yang digelar.
Penilaian keempat, memasukkan unsur edukasi dan sosialisasi, apakah industri keuangan syariah di Tanah Air gencar melakukan sosialisasi dan edukasi, mengajak masyarakat tahu, paham, dan akhirnya menjadi nasabah mereka.
Dewan Juri terdiri dari ahli ekonomi syariah, ahli fiqih syariah, dan juri internal Republika. Untuk ekonom, Dewan Jurinya Sunarsip dan ahli muamalah, Dr Oni Sahroni, yang juga aktif di Dewan Syariah Nasional (DSN).
Dalam kesempatan itu, Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaedi mengatakan Republika berencana menggelar Anugerah Syariah setiap tahunnya.
Dia berharap ajang ini bisa berkontribusi positif bagi kemajuan ekonomi syariah di Tanah Air, salah satunya industri halal. Menurut Irfan, Indonesia memiliki semua potensi untuk memajukan industri halal baik dari sektor pariwisata, makanan, fashion, kosmetik, hingga ekonomi kreatif.
Baca juga: Gubernur: NTB telah aman dikunjungi wisatawan
Baca juga: Tiga program pemulihan wisata Lombok
Baca juga: Selain keindahan alam, Sumatera Barat tawarkan wisata halal kepada oman
Baca juga: Kamboja juga kembangkan wisata halal
Dari total suara masuk selama sepekan (30 Oktober-5 November 2018), voting untuk NTB mencapai 38 persen, diikuti Aceh (27 persen), dan Sumatera Barat (23 persen).
Selain itu, provinsi lain yang juga tercatat dalam "Voting Destinasi Halal Terfavorit" adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Sumatra Utara, Riau-Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Banten, dan Sumatera Selatan.
"Kategori tujuan destinasi halal terfavorit baru pertama kali diadakan pada ASR tahun ini," kata Ketua ASR 2018 Elba Damhuri.
Tahun lalu, ASR hanya berfokus pada penghargaan untuk pelaku industri keuangan syariah.
Penghargaan itu meliputi perbankan, keuangan nonperbankan, industri asuransi, industri mikro-makro, financial technology (fintech), multifinance, dan tokoh syariah.
Untuk kategori penghargaan industri keuangan terbagi ke dalam beberapa tingkat. Kategori Perbankan dibagi berdasarkan jumlah aset (BUKU--bank umum kelompok usaha) sehingga terpecah menjadi beberapa penghargaan. Untuk Kategori Asuransi juga terbagi berdasarkan kelas bisnisnya.
Kriteria penilaian berbasiskan data kuantitatif berupa catatan kinerja industri selama 2017 dan kinerja triwulan satu 2018. Selain kuantitatif, juga berdasarkan indikator kualitatif seperti pelayanan dan pandangan publik/konsumen.
Penilaian ketiga didasarkan inovasi yang telah dilakukan. Apa saja terobosan yang sudah dilakukan yang bisa dilihat dari produk-produk yang dimiliki dan kegiatan-kegiatan yang digelar.
Penilaian keempat, memasukkan unsur edukasi dan sosialisasi, apakah industri keuangan syariah di Tanah Air gencar melakukan sosialisasi dan edukasi, mengajak masyarakat tahu, paham, dan akhirnya menjadi nasabah mereka.
Dewan Juri terdiri dari ahli ekonomi syariah, ahli fiqih syariah, dan juri internal Republika. Untuk ekonom, Dewan Jurinya Sunarsip dan ahli muamalah, Dr Oni Sahroni, yang juga aktif di Dewan Syariah Nasional (DSN).
Dalam kesempatan itu, Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaedi mengatakan Republika berencana menggelar Anugerah Syariah setiap tahunnya.
Dia berharap ajang ini bisa berkontribusi positif bagi kemajuan ekonomi syariah di Tanah Air, salah satunya industri halal. Menurut Irfan, Indonesia memiliki semua potensi untuk memajukan industri halal baik dari sektor pariwisata, makanan, fashion, kosmetik, hingga ekonomi kreatif.
Baca juga: Gubernur: NTB telah aman dikunjungi wisatawan
Baca juga: Tiga program pemulihan wisata Lombok
Baca juga: Selain keindahan alam, Sumatera Barat tawarkan wisata halal kepada oman
Baca juga: Kamboja juga kembangkan wisata halal
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018
Tags: