Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore ini melanjutkan penguatan sebesar 210 poin menjadi Rp14.594 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.804 per dolar AS.

"Pergerakan nilai tukar rupiah menunjukan fundamental ekonomi Indonesia yang solid," ujar Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan ekonomi Indonesia tetap tumbuh meski dibayangi kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia, yang salah satunya dipicu oleh perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok.

"Investor mulai merespon positif situasi di Indonesia sehingga sejumlah aset berdenominasi rupiah cukup diminati, sehingga permintaan terhadap rupiah naik," katanya.

Ia menambahkan data cadangan devisa Indonesia yang meningkat, sesuai dengan harapan pasar turut menjadi faktor positif bagi fluktuasi rupiah.

Bank Indonesia mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia tercatat 115,2 miliar dolar AS pada akhir Oktober 2018, meningkat dibandingkan dengan 114,8 miliar dolar AS pada akhir September 2018.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan sentimen eksternal turut mempengaruhi kinerja rupiah, pergerakan dolar AS di pasar valas dunia cenderung melambat terpengaruh sentimen Pemilu.

"Dolar AS cenderung melemah karena pelaku pasar bereaksi terhadap kemenangan partai Demokrat dalam mengontrol Dewan Perwakilan Rakyat AS, situasi itu dapat menghambat berbagai kebijakan Donald Trump," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (7/11), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp14.764 dibanding sebelumnya (6/10) di posisi Rp14.891 per dolar AS.

Baca juga: BI: Penguatan rupiah karena membaiknya situasi pasar keuangan

Baca juga: Pertumbuhan kredit perbankan dongkrak penguatan rupiah