Menkominfo: ekonomi digital diprediksi 130 miliar dolar pada 2020
7 November 2018 17:57 WIB
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara saat memberikan pemaparan pada World Conference Creative Economy di Nusa Dua, Bali, Rabu (7/11/2018). (ANTARA News/ Sella Panduarsa Gareta)
Nusa Dua, Bali, (ANTARA Newa) - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan bahwa Indonesia merupakan rumah bagi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, di mana kebangkitan ekonomi digital Indonesia dengan perkiraan transaksi mencapai 130 miliar dolar AS pada 2020.
"Nilainya mewakili 12 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), yang menjadikan Indonesia rumah bagi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, melebihi negara-negara lain di kawasan ini," kata Rudiantara saat memberikan pemaparan pada Konferensi Ekonomi Kreatif Dunia atau World Conference Creative Economy (WCCE) di Nusa Dua, Bali, Rabu.
Rudiantara menyampaikan, Asia akan menjadi penggerak utama budaya kreativitas dan inovasi ini, khususnya inovasi digital, dengan kebangkitan ekonomi kreatif dan digital seperti di China, India dan Indonesia.
"Saya mengulangi, Indonesia sebagai ekonomi digital dan kreatif terbesar di Asia Tenggara, hanya di belakang China, India, dan Jepang," ungkapnya.
Ini merupakan kabar baik, karena nilai investasi Indonesia akan meningkat dan iklim investasi serta ekonomi digitalnya berkembang pesat menjadi sangat menarik bagi perusahaan rintisan untuk masuk.
Menurutnya, ekonomi digital global tumbuh dengan sangat cepat. Hampir dua kali lipat antara tahun 2000 dan 2016, yang tumbuh 2,5 kali lebih cepat daripada PDB global selama periode ini.
Dengan asumsi tingkat pertumbuhan saat ini, investasi digital selama 10 tahun ke depan, diperkirakan mencapai 23 triliun dolar AS secara global pada 2025, atau 24,3 persen dari PDB global.
Menkominfo memaparkan, ekonomi digital memiliki dua elemen, yakni pemikiran kreatif dan digitalisasi, di mana pemikiran kreatif kerap datang dari kaum milenial.
"Kita tahu bahwa milenial adalah aktor yang mendorong digitalisasi atau transformasi digital, karena mereka paham teknologi dan mudah menyerap tren baru dalam teknologi," ungkapnya.
Millenial atau pemuda adalah kelompok usia ini mengaburkan kehadiran online atau digital dengan kehadiran offline, yang terlihat dari banyak aktivitas mereka di pasar daring.
Ledakan populasi Indonesia diperkirakan berkontribusi pada 'bonus demografis' pada tahun 2030.
Populasi pemuda tambahan akan menjadi kekuatan pendorong ekonomi digital karena hingga 180 juta pemuda usia produktif akan memasuki angkatan kerja pada tahun 2030.
"Dengan demikian, tidak mengherankan bahwa ekonomi digital diharapkan tumbuh dan berkontribusi pada 12 persen dari PDB pada 2020," ujarnya.
Kendati demikian, elemen digitalisasi masih menjadi tantangan, karena aksesnya belum merata.
"Nilainya mewakili 12 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), yang menjadikan Indonesia rumah bagi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, melebihi negara-negara lain di kawasan ini," kata Rudiantara saat memberikan pemaparan pada Konferensi Ekonomi Kreatif Dunia atau World Conference Creative Economy (WCCE) di Nusa Dua, Bali, Rabu.
Rudiantara menyampaikan, Asia akan menjadi penggerak utama budaya kreativitas dan inovasi ini, khususnya inovasi digital, dengan kebangkitan ekonomi kreatif dan digital seperti di China, India dan Indonesia.
"Saya mengulangi, Indonesia sebagai ekonomi digital dan kreatif terbesar di Asia Tenggara, hanya di belakang China, India, dan Jepang," ungkapnya.
Ini merupakan kabar baik, karena nilai investasi Indonesia akan meningkat dan iklim investasi serta ekonomi digitalnya berkembang pesat menjadi sangat menarik bagi perusahaan rintisan untuk masuk.
Menurutnya, ekonomi digital global tumbuh dengan sangat cepat. Hampir dua kali lipat antara tahun 2000 dan 2016, yang tumbuh 2,5 kali lebih cepat daripada PDB global selama periode ini.
Dengan asumsi tingkat pertumbuhan saat ini, investasi digital selama 10 tahun ke depan, diperkirakan mencapai 23 triliun dolar AS secara global pada 2025, atau 24,3 persen dari PDB global.
Menkominfo memaparkan, ekonomi digital memiliki dua elemen, yakni pemikiran kreatif dan digitalisasi, di mana pemikiran kreatif kerap datang dari kaum milenial.
"Kita tahu bahwa milenial adalah aktor yang mendorong digitalisasi atau transformasi digital, karena mereka paham teknologi dan mudah menyerap tren baru dalam teknologi," ungkapnya.
Millenial atau pemuda adalah kelompok usia ini mengaburkan kehadiran online atau digital dengan kehadiran offline, yang terlihat dari banyak aktivitas mereka di pasar daring.
Ledakan populasi Indonesia diperkirakan berkontribusi pada 'bonus demografis' pada tahun 2030.
Populasi pemuda tambahan akan menjadi kekuatan pendorong ekonomi digital karena hingga 180 juta pemuda usia produktif akan memasuki angkatan kerja pada tahun 2030.
"Dengan demikian, tidak mengherankan bahwa ekonomi digital diharapkan tumbuh dan berkontribusi pada 12 persen dari PDB pada 2020," ujarnya.
Kendati demikian, elemen digitalisasi masih menjadi tantangan, karena aksesnya belum merata.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018
Tags: