Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menginstruksikan seluruh Kepala Balai/Balai Besar Wilayah Sungai dan Balai/Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional untuk siaga mengantisipasi dan sekaligus merespon potensi banjir saat musim hujan.

Kesiagaan personel dan peralatan diperlukan agar penanganan darurat ketika terjadi bencana dapat direspon dengan cepat.

"Memasuki musim hujan, kepala balai agar tidak meninggalkan wilayah tugasnya tanpa seizin menteri," kata Menteri Basuki dalam siaran pers di Jakarta, Rabu.

Untuk itu, Kementerian PUPR telah menyiagakan Posko Siaga di 34 Balai/Balai Besar Wilayah Sungai dan 1 Posko Pusat.

Disebutkan banyak Daerah Aliran Sungai (DAS) yang belum mempunyai bendungan sehingga masih terdapat potensi dan risiko banjir ketika terjadi curah hujan tinggi.

"Tanpa ada penampungan air, kita tidak bisa mengatur debit air. Sebagai contoh di Kota Manado pernah terjadi banjir besar. Salah satunya karena belum ada bendungan. Karenanya kita sedang bangun Bendungan Kuwil Kawangkoan," ujarnya.

Sementara itu, Dirjen Sumber Daya Air Hari Suprayogi mengatakan seluruh Balai Besar/Balai telah melakukan penelusuran (walkthrough) terhadap sungai-sungai utama sepanjang 54,217 kilometer (km). Dari hasil penelusuran diketahui sepanjang 42,11 km dalam kondisi kritis yang kemudian telah ditangani dengan pekerjaan rehabilitasi dan pemeliharaan sepanjang 30 km.

Bencana banjir juga kerap mengakibatkan jalan cepat berlubang, tanah longsor hingga jalan atau jembatan putus akibat debit air yang deras.

Karena itu Balai/Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional menyiagakan personel dan alat berat di lapangan, seperti excavator, buldozer dan material.

Pembangunan 65 bendungan salah satunya bertujuan untuk pengendalian banjir.

Dari 49 bendungan baru, dua bendungan khusus dibangun untuk mengendalikan banjir di Jakarta dan sekitarnya, yakni Bendungan Sukamahi dan Ciawi di Jawa Barat.

Kementerian PUPR menargetkan delapan bendungan akan selesai secara bertahap, meliputi Bendungan Rotiklot di Nusa Tenggara Timur (NTT), Mila di Nusa Tenggara Barat (NTB), Gondang dan Logung di Jawa Tengah, Sei Gong di Batam, Sindang Heula di Banten, Passaloreng di Sulawesi Selatan serta Bendungan Kuningan di Jawa Barat.

Dari delapan bendungan tersebut, dua bendungan mengalami kendala sosial, yakni pembebasan lahan pada Bendungan Passaloreng di Sulawesi Selatan dan Bendungan Kuningan di Jawa Barat.

Baca juga: Mengantisipasi banjir di Jakarta
Baca juga: Riau antisipasi banjir kiriman Sumbar
Baca juga: Puluhan titik saluran air Jakbar siap hadapi hujan