Pakar: Keislaman Jokowi tidak perlu diragukan
6 November 2018 22:46 WIB
Pengajar Ilmu Politik FISIP Universitas Indonbesia, Dr. Sri Yunanto, penulis buku "Keislaman Jokowi" pada diskusi bedah buku karyanya, di Jakarta, Selasa (6/11/2018). (ANTARA/Foto: Riza harahap)
Jakarta (ANTARA News) - Pakar Politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia Dr Sri Yunanto menegaskan bahwa Presiden Joko Widodo adalah muslim dan keislamannya tidak perlu diragukan lagi.
"Pak Jokowi sudah beribadah haji pada 2003, jauh sebelum menjadi presiden. Pak Jokowi juga sudah empat kali beribadah umroh," kata Sri Yunanto pada diskusi dan bedah buku "Keislaman Jokowi" di Jakarta, Selasa.
Hadir sebagai pembahas pada diskusi dan bedah buku tersebut adalah, Mantan Deputi Koordinasi Bidang Politik Dalam Negeri Kementerian Polhukam Mayjen TNI (Purn) Adnrie Tardiwan Utama, Wakil Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) KH Agus Salim, dan Wakil Ketua LDNU KH Wahid Nuruddin.
Menurut Sri Yunanto, dirinya tergelitik untuk meneliti siapa Joko Widodo dan kemudian mendokumentasikannya dalam bentuk buku, setelah mencermati cukup banyak serangan yang memojokkan Jokowi dengan pernyataan-pernyataan berstigma negatif. "Karena itu saya melakukan penelitian terhadap figur Jokowi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, melalui studi pustaka, maupun mencari testimoni pada orang-orang yang mengenal dekat Jokowi," katanya.
Kesimpulannya, kata dia, Jokowi lahir dalam keluarga muslim, gemar membangun silaturrahmi, serta memiliki kepedulian tinggi terhadap masyarakat muslim. Menurut Yunanto, testimoni dari guru agama Jokowi di sekolah dasar (SD) menyebut, bahwa Jokowi adalah muslim yang taat dan selalu aktif mengikuti pelajaran di kelas pada saat pelajaran agama Islam. "Teman SMA dan kuliah Jokowi dalam testimoninya juga menyebut, Jokowi adalah muslim yang taat," katanya.
Staf Ahli Menko Pulhukam ini menambahkan, Jokowi setelah menjadi presiden, banyak membangun relasi dengan lembaga-lembaga Islam dan komunitas muslim, baik di dalam negeri dan di luar negeri. "Karena itu, wajar jika Pak Jokowi kemudian mendapat penghargaan dan masuk dalam 500 tokoh muslim dunia," katanya.
Sementara itu, KH Agus Salim menambahkan, bagi kaum Nadliyin, keislaman Jokowi sudah selesai. "Maksudnya, keislaman Pak Jokowi, sudah tidak perlu diragukan lagi," katanya. "Pak Jokowi memilih calon wakil presiden dari tokoh Islam menunjukkan dirinya muslim yang sangat peduli terhadap kemajuan Islam dan persatuan umat," katanya.
Agus Salim mencontohkan, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sudah sejak lama mengusulkan agar tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri. "Presiden sebelumnya tidak melakukannya, tapi Presiden Jokowi berani memutuskannya," katanya.
"Pak Jokowi sudah beribadah haji pada 2003, jauh sebelum menjadi presiden. Pak Jokowi juga sudah empat kali beribadah umroh," kata Sri Yunanto pada diskusi dan bedah buku "Keislaman Jokowi" di Jakarta, Selasa.
Hadir sebagai pembahas pada diskusi dan bedah buku tersebut adalah, Mantan Deputi Koordinasi Bidang Politik Dalam Negeri Kementerian Polhukam Mayjen TNI (Purn) Adnrie Tardiwan Utama, Wakil Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) KH Agus Salim, dan Wakil Ketua LDNU KH Wahid Nuruddin.
Menurut Sri Yunanto, dirinya tergelitik untuk meneliti siapa Joko Widodo dan kemudian mendokumentasikannya dalam bentuk buku, setelah mencermati cukup banyak serangan yang memojokkan Jokowi dengan pernyataan-pernyataan berstigma negatif. "Karena itu saya melakukan penelitian terhadap figur Jokowi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, melalui studi pustaka, maupun mencari testimoni pada orang-orang yang mengenal dekat Jokowi," katanya.
Kesimpulannya, kata dia, Jokowi lahir dalam keluarga muslim, gemar membangun silaturrahmi, serta memiliki kepedulian tinggi terhadap masyarakat muslim. Menurut Yunanto, testimoni dari guru agama Jokowi di sekolah dasar (SD) menyebut, bahwa Jokowi adalah muslim yang taat dan selalu aktif mengikuti pelajaran di kelas pada saat pelajaran agama Islam. "Teman SMA dan kuliah Jokowi dalam testimoninya juga menyebut, Jokowi adalah muslim yang taat," katanya.
Staf Ahli Menko Pulhukam ini menambahkan, Jokowi setelah menjadi presiden, banyak membangun relasi dengan lembaga-lembaga Islam dan komunitas muslim, baik di dalam negeri dan di luar negeri. "Karena itu, wajar jika Pak Jokowi kemudian mendapat penghargaan dan masuk dalam 500 tokoh muslim dunia," katanya.
Sementara itu, KH Agus Salim menambahkan, bagi kaum Nadliyin, keislaman Jokowi sudah selesai. "Maksudnya, keislaman Pak Jokowi, sudah tidak perlu diragukan lagi," katanya. "Pak Jokowi memilih calon wakil presiden dari tokoh Islam menunjukkan dirinya muslim yang sangat peduli terhadap kemajuan Islam dan persatuan umat," katanya.
Agus Salim mencontohkan, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sudah sejak lama mengusulkan agar tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri. "Presiden sebelumnya tidak melakukannya, tapi Presiden Jokowi berani memutuskannya," katanya.
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: