GMF-BUMN China bangun pabrik ban pesawat tahun depan
6 November 2018 22:05 WIB
Direktur Utama GMF AeroAsia Iwan Joeniarto memaparkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Kantor Pusat Garuda Indonesia, Tangerang Selasa (06/11/2018). (ANTARA/ Juwita Trisna Rahayu)
Tangerang, (ANTARA News) - PT Garuda Maintenance Facilities AeoAsia akan membangun pabrik ban pesawat dengan menjalin kerja sama dengan investor China, yaitu China Communication Construction Company (CCCC) dan perusahan ban asal Eropa atau Amerika Serikat yang akan dimulai tahun depan.
Direktur Utama GMF Iwan Joeniarto saat konferensi pers di Tangerang, Selasa mengatakan penandatanganan sudah dilakukan dengan CCCC yang akan menyuntikan dana sebesar 500 juta dolar AS saat pertemuan IMF di Bali beberapa waktu lalu.
“China ini investornya saja, pabriknya bukan dari situ, kemungkinan dari Amerika atau Eropa, pasti akan ada tiga pihak,” katanya.
Iwan menjelaskan pihaknya akan mengembangkan vulkanisir ban atau pelapisan dengan teknologi yang diadopsi dari pabrik asal Eropa atau Amerika tersebut.
“Kita menggandeng pabrik pesawat terkenal di dunia yang sudah punya rating vulkanisir ban pesawat, jadi ban itu tidak diganti baru,” katanya.
Namun, lanjut dia, tidak terbatas di ban saja, kerja sama juga akan dikembangkan untuk perawatan mesin dan komponen pesawat.
Dalam kesempatan sama, Direktur Bisnis dan Base Maintenance GMF Tazar Marta Kuniawan menjelaskan kerja sama dengan China bukan merupakan mitra strategis, melainkan pendanaan per proyek.
“Nilainya macem-macam, banyak areanya runningnya enggak langsung 500 juta dolar AS,” katanya.
Dia mengatakan tahun depan proyek pembangunan pesawat tersebut sudah bisa dimulai di Indonesia.
“Insya Allah dijalankan di Indonesia,” katanya.
Baca juga: GMF kebanjiran pesanan perawatan pesawat penerbangan hemat India
Direktur Utama GMF Iwan Joeniarto saat konferensi pers di Tangerang, Selasa mengatakan penandatanganan sudah dilakukan dengan CCCC yang akan menyuntikan dana sebesar 500 juta dolar AS saat pertemuan IMF di Bali beberapa waktu lalu.
“China ini investornya saja, pabriknya bukan dari situ, kemungkinan dari Amerika atau Eropa, pasti akan ada tiga pihak,” katanya.
Iwan menjelaskan pihaknya akan mengembangkan vulkanisir ban atau pelapisan dengan teknologi yang diadopsi dari pabrik asal Eropa atau Amerika tersebut.
“Kita menggandeng pabrik pesawat terkenal di dunia yang sudah punya rating vulkanisir ban pesawat, jadi ban itu tidak diganti baru,” katanya.
Namun, lanjut dia, tidak terbatas di ban saja, kerja sama juga akan dikembangkan untuk perawatan mesin dan komponen pesawat.
Dalam kesempatan sama, Direktur Bisnis dan Base Maintenance GMF Tazar Marta Kuniawan menjelaskan kerja sama dengan China bukan merupakan mitra strategis, melainkan pendanaan per proyek.
“Nilainya macem-macam, banyak areanya runningnya enggak langsung 500 juta dolar AS,” katanya.
Dia mengatakan tahun depan proyek pembangunan pesawat tersebut sudah bisa dimulai di Indonesia.
“Insya Allah dijalankan di Indonesia,” katanya.
Baca juga: GMF kebanjiran pesanan perawatan pesawat penerbangan hemat India
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018
Tags: